TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Badan Komunikasi Partai Gerindra Andre Rosiade mengatakan, rencana pertemuan Prabowo dengan Joko Widodo atau Jokowi tak bisa dimaknai sebagai bagi-bagi kursi. Andre menyebut pertemuan itu justru demi membantu para pendukung Prabowo yang kini terjerat kasus hukum lantaran pemilihan presiden 2019.
Baca juga: Soal Bertemu Jokowi, Sandiaga: Satu Pintu, Lewat Pak Prabowo
"Jangan menstigma silaturahim Pak Prabowo itu bagi-bagi kursi. Coba pikirkan juga bagaimana para pendukung yang masih punya banyak masalah. Ada yang ditahan, ada yang masih terima surat panggilan polisi, lalu ulama yang ada masalah gara-gara pilihan pemilu," kata Andre kepada Tempo, Selasa, 2 Juli 2019.
Andre mengatakan hal ini ia ungkapkan lantaran tak terima dicap pengkhianat karena bicara soal rekonsiliasi Prabowo dan Jokowi.
Menurut Andre, cap itu terlontar dari sejumlah pendukung Prabowo yang tak rela dengan kemungkinan Ketua Umum Gerindra itu bergabung ke kubu pemerintah.
Andre mengatakan masalah-masalah yang menjerat para pendukung Prabowo itu mesti dicari solusinya. Prabowo dan Partai Gerindra, kata dia, meyakini silaturahmi dengan kubu inkumben bisa menjadi salah satu upaya penyelesaian itu.
Beberapa pendukung Prabowo-Sandiaga Uno di pemilihan presiden 2019 terjerat perkara hukum. Beberapa nama di antaranya mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus Soenarko, politikus Partai Amanat Nasional Eggi Sudjana dan Mustafa Nahrawardaya, serta Lieus Sungkharisma.
"Harapan kami seperti itu dong. Kita kan harus melangkah ke depan, kompetisi sudah selesai, kita harus kembali merajut kebersamaan sebagai anak bangsa," kata dia.
Andre menuturkan upaya Prabowo membantu para pendukungnya yang terjerat perkara hukum juga sudah dilakukan sebelumnya. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra yang juga anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat, Sufmi Dasco Ahmad menjadi penjamin dalam penangguhan penahanan Lieus Sungkharisma dan Mustafa Nahrawardaya.
Sejumlah sumber Tempo sebelumnya menyebutkan, dalam pertemuan dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 23 Mei lalu, Prabowo meminta kepada Kalla agar polisi menangguhkan penahanan para pendukungnya. Sebagai gantinya Prabowo berjanji meminta para pendukungnya tidak menggelar aksi di Mahkamah Konstitusi.
Andre menegaskan tak ada niat Prabowo dan Gerindra mengkhianati perjuangan para pendukung. Namun dia menegaskan bahwa saat ini kompetisi sudah usai. "Kalau mau bertarung kembali nanti 2024," ujarnya.
Baca juga: Sandiaga Bahagia Jika Diundang MPR ke Pelantikan Jokowi-Ma'ruf
Andre pun meminta agar tak ada lagi pihak yang menuding Prabowo, Gerindra, atau dirinya sebagai pengkhianat. Dia berujar selama pilpres 2019 telah maksimal berjuang mengkampanyekan Prabowo serta membela Ketua Umum Partai Gerindra itu dari berita-berita miring atau fitnah.
"Masa gue dibilang pengkhianat? Senin sampai Kamis menjadi juru bicara Prabowo di media-media, Jumat Sabtu Minggu keliling daerah. Saya putra asli Minangkabau, suku bangsa yang paling setia sama Prabowo, enggak punya mental pengkhianat," kata Andre.
Andre sebelumnya mengatakan Prabowo akan segera bertemu Jokowi. Andre tak merinci kapan tepatnya pertemuan akan terjadi, tetapi dia berujar Prabowo sudah menyampaikan niatnya itu setelah putusan Mahkamah Konstitusi ihwal sengketa hasil pilpres 2019.