TEMPO.CO, Jakarta - Sandiaga Uno berharap bisa tetap menjadi oposisi seusai Pemilihan Presiden 2019. Calon wakil presiden nomor urut 02 ini menilai akan terhormat pula bagi partai-partai eks Koalisi Adil Makmur atau Badan Pemenangan Nasional (BPN) untuk memperjuangkan aspirasi para pemilih Prabowo Subianto - Sandiaga di Pilpres 2019.
Baca: Wawancara Sandiaga Uno dengan Majalah Tempo di sini
"Menurut saya sangat terhormat kalau kami terus berjuang merealisasi aspirasi dari hampir 70 juta orang yang memilih Prabowo - Sandiaga," kata Sandiaga dikutip dari Majalah Tempo edisi Senin, 1 Juli 2019.
Angka 70 juta merujuk pada klaim kubu Prabowo - Sandiaga ihwal jumlah suara yang mereka raup di pilpres 2019. Adapun hasil perhitungan Komisi Pemilihan Umum menyatakan Prabowo-Sandiaga mendapat 68.650.239 suara.
Sandiaga mengatakan ada banyak forum untuk menjadi oposisi. Dia berpandangan bahwa demokrasi memerlukan sistem check and balances agar dapat berjalan dengan baik.
"Kami yakin sebetulnya demokrasi itu harus ada partai pemerintah dan partai oposisi. Jadi demokrasinya sehat. Akan sangat susah checks and balances-nya kalau semua ada di pemerintah," kata mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini.
Meski begitu, Sandiaga mengakui bahwa partai-partai eks koalisi 02 memiliki pertimbangan masing-masing untuk menentukan langkah politik ke depan. Pilihan yang ada saat ini ialah bergabung ke pemerintah atau bertahan di luar pemerintahan. "Tentunya para petinggi partai yang akan menentukan pilihan," kata dia.
Baca: Wawancara Ekslusif, Sandiaga Bicara Tawaran Jadi Menteri Jokowi
Prabowo Subianto telah resmi membubarkan koalisi pengusungnya seusai Mahkamah Konstitusi menyatakan menolak seluruh permohonan sengketa di pemilihan presiden 2019. Prabowo juga mempersilakan setiap partai untuk menentukan pilihan, apakah bergabung dengan koalisi pemerintah atau menjadi oposisi.