TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar, menyatakan tak ada grup taliban maupun polisi India di lembaga tersebut. Menurut dia, hal itu hanyalah persepsi dari orang-orang tertentu saja.
Baca: Jaksa KPK Panggil Lagi Lukman Hakim Saifuddin dan Khofifah
“Tidak ada masalah di KPK. Yang jadi masalah ketika ada persepsi yang muncul yang menyatakan ada kelompok Taliban dan polisi India,” kata Antasari saat diskusi bersama aktivis media sosial Denny Siregar di Jalan HOS Cokroaminoto, Jakarta Pusat, Rabu, 26 Juni 2019.
Menurut dia, memang perlu ada perbaikan di KPK, namun dalam soal menuntaskan penanganan kasus, terutama tunggakan perkara lama. Antasari pun menagih janji pimpinan periode saat ini untuk menuntaskan pengusutan kasus-kasus lama tersebut.
Kelompok Taliban dan Polisi India pertama kali dilontarkan pengamat kepolisian Indonesia Police Watch, Neta S. Pane. Kelompok Taliban merujuk ke penyidik Novel Baswedan yang disokong Wadah Pegawai KPK. Sedangkan Polisi India merujuk ke penyidik yang berasal dari institusi Polri.
Denny Siregar pun bertanya ke Antasari mengenai isu yang beredar belakangan soal penyidik independen yang selama ini mendominasi di KPK seperti yang dinyatakan pengamat kepolisian Neta S. Pane. “Ada juga surat terbuka dari internal KPK yang mempersoalkan rekrutmen penyidik independen tidak sesuai mekanisme,” ujar Denny.
Yang dimaksud Denny adalah surat tebuka yang diteken 50-an penyidik kepolisian yang bertugas di KPK. Mereka mempersoalkan pengangkatan sekitar 21 penyelidik menjadi penyidik karena tidak melalui tes sebagaimana polisi ketima masuk (mendaftar) ke KPK.
Merespon pertanyaan Denny, Antasari menyatakan tidak mau berasumsi. Ia mengaku belum membaca surat terbuka dari para penyidik kepolisian yang bertugas di KPK itu.
Dia menyatakan Novel Baswedan, yang selama ini dipersepsikan sebagai kelompok Taliban, merupakan penyidik yang cerdas dan bagus dalam menangani kasus. “Pada dasarnya kalau kami gelar perkara kayak guru dan murid. Karena dulu saya selalu ingin tahu kenapa begini kenapa begitu,” ujar Antasari.
Antasari juga menilai panitia seleksi calon pimpinan KPK yang turut melibatkan Badan Nasional Penanggulangan Teror dalam penjaringan petinggi lembaga antirasuah itu hanya terpantik persepsi. “Karena mereka kena persepsi tadi,” ujarnya.
Sebelumnya, dalam akun Youtube CokroTV, Denny mengunggah opininya yang berjudul “Ada Radikalisme di KPK?” Pria yang selama ini dikenal sebagai buzzer pemerintah itu membuka opininya mengenai beredarnya surat dari internal KPK yang mempersoalkan pengangkatan penyelidik menjadi penyidik.
Ia juga menukil pernyataan Neta dalam sebuah wawancara di media televisi mengenai kelompok Taliban pimpinan Novel Baswedan. Menurut Denny, disebut kelompok Taliban karena berpakaian agamis dengan ideologi keagamaan yang kuat. Denny mengatakan kekuatan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa KPK akan dibawa ke arah yang kelompok tersebut inginkan.
Denny juga mengutip pernyataan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang akan menjadikan Novel Baswedan sebagai jaksa agung jika terpilih nanti. Padahal, menurut Denny, Novel adalah kepala satuan tugas penyidikan yang mengomando semua tugas penyidikan di KPK.
Novel juga selama ini menjadi korban teror penyiraman air keras usai salat subuh sekitar 800 hari lalu. Meski hampir tiga tahun berjalan dan mata Novel nyaris buta, Polri belum mampu mengungkap pelaku penyiraman maupun aktor yang menyuruh teror itu.