TEMPO.CO, Jakarta - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto disebut oleh sejumlah pihak sebagai calon kuat ketua umum Partai Golkar di periode mendatang. Anggota Dewan Pembina Partai Golkar, Fahmi Idris mengatakan, dua orang kader ini merupakan sosok yang sangat tepat memimpin Golkar pada masa mendatang.
Baca: Bamsoet akan Minta Masukkan Jokowi Soal Maju Calon Ketum Golkar
Baca Juga:
"Kader lain tentu juga punya potensi, tapi dua kader ini yang paling unggul," ujar Fahmi saat dihubungi Tempo pada Ahad malam, 23 Juni 2019.
Bamsoet biasa Bambang disapa, mengatakan bahwa dirinya akan berkonsultasi terlebih dahulu dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan semua ketua partai koalisi di pilpres 2019 sebelum memutuskan untuk maju dalam bursa calon Ketua Umum Partai Golkar. "Karena Partai Golkar adalah pengusung Bapak Jokowi, saya juga perlu pandangan dan pertimbangan beliau termasuk juga pandangan para ketua umum partai politik sebagai sesama kolega di koalisi Pemerintah," kata Bamsoet Senin, 17 Juni 2019.
Sementara itu, Airlangga Hartarto memastikan bahwa dirinya akan mencalonkan kembali sebagai ketua umum di Munas mendatang. "Insya Allah, ada beberapa daerah sudah memberikan dukungan," kata Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu, 19 Juni 2019.
Baca juga: Airlangga Hartarto: Sesuai Jadwal, Munas Golkar Digelar Desember
Kepada Tempo, politikus senior Golkar Yorrys Raweyai mengatakan, Airlangga memang sudah menggalang kekuatan. "Dia sudah kumpul teman-teman daerah, menyatakan dia akan maju lagi," ujar Yorrys saat ditemui di bilangan Cikini, Jakarta pada Sabtu, 22 Juni 2019.
Kendati demikian, menurut Yorrys, sejumlah kader menginginkan adanya perubahan alias pergantian kepemimpinan. "DPD-DPD sedang menggalang dukungan, cenderung menguat ke Bamsoet," ujar dia.
Yorrys menyebut, suara yang menginginkan perubahan itu muncul karena kepemimpinan Airlangga dianggap gagal mengkonsolidasikan kekuatan untuk mempertahankan kursi Golkar di parlemen. Di Pemilu 2014, Golkar berhasil memperoleh 91 kursi. Namun pada 2019 ini, Golkar hanya mendapat 85 kursi, sementara target awal yang ditetapkan adalah 110 kursi.
"Kegagalan kepemimpinan Pak Airlangga ini kan mencoreng muka Golkar di mata internal," ujar Yorrys.
Yorrys menilai, salah satu penyebab konsolidasi tidak maksimal karena kesibukan Airlangga yang masih menjabat Menteri Perindustrian di kabinet Jokowi. Untuk itu, Politikus senior Golkar Yorrys Raweyai menilai, pelaksanaan musyawarah nasional atau Munas Golkar harus dipercepat. Struktur baru Golkar harus dibentuk sebelum presiden terpilih dilantik dan menyusun kabinet.
"Periode Airlangga kan berakhir Desember tahun ini. Kalau melihat dinamika saat ini, kalau bisa dipercepat kenapa tidak?," ujar Yorrys saat ditemui usai acara diskusi di bilangan Cikini, Jakarta pada Sabtu, 22 Juni 2019.
Baca: Barisan Pemuda Golkar Ungkap Alasan Dorong Bamsoet Jadi Ketum
Menurut Yorrys, jika struktur baru sudah terbentuk, maka partai bisa menentukan kader-kadernya yang akan diajukan untuk duduk di kabinet. "Jangan mau semua kan, nanti udah ketum, menteri juga. Ketua umum harus fokus, sebab, kita harus mulai berpikir untuk 2024," ujar Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia ini.