TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pimpinan Daerah I Partai Golkar Nusa Tenggara Timur Melki Laka Lena mengatakan tak ada wacana musyawarah nasional luar biasa atau munaslub. Melki mengklaim seluruh DPD I menginginkan musyawarah digelar normal saja pada bulan Desember nanti.
Baca juga: Airlangga Hartarto: Sesuai Jadwal, Munas Digelar Desember
"Enggak ada alasan untuk dibikin percepatan. Sampai saat ini 34 DPD kami tidak ada yang berbeda," kata Melki ketika dihubungi, Ahad, 23 Juni 2019.
Tak cuma DPD I, Melki mengatakan organisasi sayap Partai Golkar juga kompak mendukung munas digelar Desember mendatang. Mulai dari SOKSI (Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia), Kosgoro (Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong), dan MKGR (Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong).
Melki mengakui ada suara-suara pribadi di internal partai beringin yang menginginkan musyawarah nasional dipercepat untuk mengganti Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Namun kata dia, DPD I sebagai pemilik suara resmi yang bisa mendorong munaslub, justru menginginkan Airlangga tetap menjadi ketua umum.
"DPD I sebagai pemilik suara yang bersama-sama Airlangga 1,5 tahun ini kami melihat ada progres, kami berterima kasih, dan kami meminta Airlangga meneruskan," kata dia.
Isu munaslub ini berembus di internal Golkar setelah pencoblosan Pemilihan Umum 2019. Politikus Partai Golkar Yorrys Raweyai mengatakan muncul wacana percepatan munas untuk mengganti Airlangga yang dianggap gagal membawa Golkar mencapai 110 kursi yang ditargetkan di pemilihan legislatif 2019.
Golkar hanya memperoleh 85 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat, turun enam kursi dari perolehan tahun 2014 sebanyak 91 kursi. "Itu kan konsekuensi. Kalau gagal, ya, harus legowo dan kesatria, dong. Tapi yang penting Golkar harus solid. Mari mencari pemimpin ke depan yang lebih baik," ujar Yorrys saat ditemui usai acara diskusi di bilangan Cikini, Jakarta pada Sabtu, 22 Juni 2019.
Menurut Melki, DPD I Partai Golkar justru menilai Airlangga berhasil memimpin partai selama 1,5 tahun belakangan ini. Dia menilai tidaklah adil jika menilai Airlangga dengan merujuk perolehan suara di 2014 atau sejak era Ketua Umum Aburizal Bakrie.
Namun kata Melki, Airlangga menjabat sebagai ketua umum di saat perolehan suara nasional Golkar diprediksi hanya satu digit. Dia pun menilai Menteri Perindustrian itu berhasil mematahkan asumsi orang bahwa Golkar akan terlempar dari tiga besar partai pemenang pileg.
Melki mengatakan, Airlangga berhasil menggerakkan seluruh mesin partai untuk pileg. Sejumlah tokoh senior seperti Akbar Tandjung, Aburizal Bakrie, dan Agung Laksono, kata Melki, juga turut bergerak untuk pemenangan.
"Orang tidak berantem kemudian bisa menggerakkan bersama-sama, itu prestasi Airlangga. Bisa menyatukan partai dan membuat situasi internal kondusif untuk bergerak," kata Melki.
BUDIARTI UTAMI PUTRI | DEWI NURITA