TEMPO.CO, Solo - Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Inspektur Jenderal Rycko Amelza mengatakan pelaku bom Kartasura, Rofik Asharudin, terpapar radikalisme melalui aktivitas di media sosial. Rofik merupakan pelaku tunggal dalam pemboman di pos polisi Kartasura.
Baca: Pelaku Bom Kartasura Nyaris Merekrut Orang Tuanya
"Dari hasil keterangan, dia tidak memiliki jaringan," katanya saat ditemui di Solo, Rabu 5 Juni 2019.
Rofiq mencoba menyerang pos polisi Kartasura pada Senin, 3 Juni 2019, pukul 22.30 WIB. Saat itu ada empat polisi yang bertugas. Mereka selamat.
Rafik satu-satunya yang menjadi korban dari aksi bom bunuh diri yang dilakukannya. Dia tergeletak bersimbah darah dengan luka di bagian perut dan tangan.
Polisi kemudian membawa Rofik untuk menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara, Semarang. Rofik sempat kritis, tetapi sudah mulai pulih dan mampu berkomunikasi.
Polisi, kata Rycko, telah melakukan pendalaman terhadap keterangan yang dikumpulkan. Pelaku bom itu diketahui mendapatkan doktrin radikal melalui media sosial sejak lama. "Dia sudah melakukan komunikasi dengan Al Baghdadi," katanya.
Al Baghdadi merupakan pentolan Negara Islam Irak Suriah (ISIS). Pemuda 22 tahun itu pun berbait ke Al Baghdadi pada akhir 2018.
Baca: Pelaku Bom Kartasura Beli Komponen Minta Uang Orang Tua
Usai berbaiat, Rofik menerima beberapa doktrin tentang kekerasan, termasuk informasi mengenai cara-cara membuat bom.