INFO NASIONAL – Pemudik yang melintasi jalan tol dapat memanfaatkan rest area untuk beristirahat sejenak, beribadah, mengisi bahan bakar kendaraan, maupun aktivitas lainnya. Terdapat 75 rest area disepanjang jalan tol Trans Jawa mulai dari Merak, Banten, hingga Probolinggo, Jawa Timur.
"Sepanjang 964 Km semua rest area bisa difungsikan. Rumusnya mudah saja untuk diingat masyarakat, yaitu 2-3-5. Setiap 20 km ada rest area tipe C, setiap 30 km ada rest area tipe B, dan setiap 50 km ada rest area tipe A. Apa bedanya? Secara fungsi sama, yang membedakan hanya tambahan fasilitas," ucap Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga, Sugiyartanto.
Sugiyartanto mengatakan, untuk tipe A dilengkapi dengan SPBU, sedangkan tipe B dan tipe C tidak ada. Hal lain yang membedakan adalah luasan dari rest area tersebut. Untuk tipe A minimal luasan areanya adalah 6 ha, sementara untuk tipe B dan tipe C masing-masing adalah 4 ha dan 2,5 ha. Selain fungsinya untuk memberikan pelayanan kepada para pengguna jalan tol, rest area juga diharapkan dapat menggerakan perekonomian masyarakat setempat.
"Tujuh puluh persen kios atau warungnya ditujukan untuk UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) lokal. Misalnya, untuk usaha kuliner atau produk-produk lainnya. Rest area juga sebagai tempat promosi hasil produksi masyarakat setempat,” ucapnya.
Di tengah meningkatnya animo masyarakat untuk memilih jalan tol Trans Jawa sebagai jalur favorit mudik Lebaran tahun ini, Dirjen Bina Marga mengimbau dua hal kepada pemudik yang memanfaatkan rest area pada musim mudik kali ini. Pertama, jangan terlalu lama di rest area dan yang kedua adalah tidak memaksakan diri masuk ke dalam rest area bila kapasitasnya sudah terisi penuh.
"Memanfaatkan rest area cukup setengah jam hingga satu jam, agar bisa bergantian dengan yang lain. Lalu, juga kalau bisa jangan semua ingin masuknya di rest area-rest area yang ada di ruas tol Cikampek. Kalau sudah penuh bisa ke rest area setelahnya. Misalnya, yang di ruas Palimanan dan seterusnya," kata Sugiyartanto.
Selain aspek rest area, sejumlah hal juga mendapat perhatian dari pemerintah, seperti penerapan Gerbang Tol (GT) dengan sistem klaster dan transaksi nontunai. Hal ini diharapkan membantu mempercepat perjalanan mudik masyarakat. Untuk hal keselamatan pengendara, jalan tol juga turut dilengkapi penerangan jalan pada beberapa spot serta markah, reflektor, dan rambu lalu lintas.
Kondisi jalan tol makin optimal karena pemerintah setiap enam bulan sekali melakukan evaluasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) dari seluruh ruas tol. Sugiyartanto juga mengingatkan kepada pemudik yang akan melewati jalan tol untuk mengisi saldo uang elektroniknya dengan jumlah yang disesuaikan dengan tujuan daerahnya masing-masing.
"Misalnya memang akan mudik dari ujung di Merak hingga ke Probolinggo, kan tarifnya tidak sampai satu juta (rupiah), namun baiknya misalnya e-toll-nya sudah diisi dua juta (rupiah). Jadi, kartunya sudah siap digunakan untuk pergi dan pulangnya," ujarnya. (*)