TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo menuturkan, penyandang dana kelompok pembunuh penunggang Rusuh 22 Mei diduga dari kaum elite. Kelompok yeng terdiri dari enam orang ini disebutkan hendak membunuh empat tokoh nasional dan pimpinan lembaga survey swasta.
Baca juga: Rusuh 22 Mei, Ada Kelompok yang Hendak Bunuh 4 Tokoh Nasional
"Pendananya kasih ke aktor intelektual, aktor intelektual ngasihkan ke I (Iwan alias HK) sebagai koordinator lapangan," ujar Dedi di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Jakarta Pusat pada Selasa, 28 Mei 2018.
Pengungkapan kelompok enam yang memiliki misi membunuh ini merupakan hasil pengembangan lanjutan dari tim investigasi bentukan Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian. Tim investigasi ini bekerja untuk mengusut kericuhan yang terjadi dalam aksi dan berkembang menjadi Rusuh 22 Mei.
HK, sebagai pemimpin, membawahi lima orang lainnya yakni IR, TJ, AZ, AD, dan AF. Mereka memiliki peran berbeda mulai dari mencari penjual senjata api hingga mencari martir untuk menjadi eksekutor.
Keenam orang tersebut sudah ditahan polisi. Dari tangan tersangka, polisi menyita total uang sekitar Rp 286 juta rupiah. Uang tersebut diberikan seseorang untuk dibelanjakan senjata dan biaya menjalankan aksi.
Dedi mengatakan, bahwa target pertama dari kelompok ini adalah ketua lembaga survei swasta. "Yang harus dieksekusi yang lembaga survei itu, hajar dulu,” kata Dedi. Setelah pembuhan itu baru mereka akan menerima honor. “Dan (kebutuhan) keluarganya ditanggung,” kata dia.
Polri menduga faktor ekonomi menjadi motif kelompok enma ini. "Jadi ada order dari aktor intelektual. Larinya ke (motif) ekonomi," kata Dedi Prasetyo. Menurut pengakuan HK, kata Dedi, para tersangka tidak memiliki kemampuan menembak yang mumpuni. “Kebanyakan tersangka berprofesi sebagai karyawan.”