TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY, meminta pertemuan para elite politik seusai pemilihan umum 2019 ini terbuka untuk publik. Ia menilai hal itu baik dan mendidik masyarakat serta mengurangi prasangka buruk.
"Tak perlu bersembunyi dan lewat pintu belakang karena bisa menimbulkan fitnah. Padahal pertemuannya juga baik sifatnya," kata SBY dalam rekaman video kontemplasi Ramadan yang diputar saat acara buka puasa bersama pengurus DPP Partai Demokrat di kediamannya, Jalan Mega Kuningan Timur, Jakarta, Senin, 27 Mei 2019.
Baca juga: Cerita SBY Soal Maksud Pertemuan AHY dengan Jokowi
SBY mencontohkan pertemuan antara putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY, dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Seusai Pemilu 2019 berlangsung, AHY tercatat dua kali bertemu dengan Jokowi. Pertemuan pertama di Istana Merdeka, Jakarta, pada 2 Mei 2019. Sedangkan pertemuan kedua terjadi di Istana Bogor, Jawa Barat, pada 23 Mei 2019.
Selain itu, SBY meminta jika Jokowi dan Prabowo Subianto segera bertemu. Ia menilai kedua kandidat presiden 2019-2024 memiliki pendukung yang besar dan pertemuan mereka pascapemilihan umum dinilai penting. "Dalam pertemuan tersebut tidak harus terjadi kesepakatan apapun."
Baca juga: SBY: Pemilu 2019 Kurang Fair Play, Tetapi....
Berdasarkan hitung manual Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jokowi yang berpasangan dengan Ma'ruf Amin berhasil memenangkan pemilihan presiden dengan raihan 85,6 juta atau 55,5 persen suara. Lawannya, Prabowo Subianto - Sandiaga Uno hanya mendapatkan 68,65 juta atau 44,5 persen suara.
Meski begitu, Jokowi belum bisa ditetapkan sebagai presiden terpilih 2019-2024 lantaran kubu Prabowo menggugatnya ke Mahkamah Konstitusi. Jokowi, kata SBY, pasti menghormati langkah Prabowo. Kendati demikian ia tetap mendorong pertemuan kedua tokoh ini segera terlaksana. "Jika pertemuan itu dalam waktu dekat belum memungkinkan tidaklah berarti tidak ada hari esok yang lebih indah."