TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo mengatakan instansinya akan fokus pada antisipasi ancaman terorisme pada 22 Mei. Tanggal itu adalah hari Komisi Pemilihan Umum akan mengumumkan hasil rekapitulasi nasional pemilihan presiden atau Pilpres 2019.
Baca juga: Kedutaan AS Keluarkan Peringatan Keamanan Terkait 22 Mei
"Yang serius sebenarnya ancaman serangan terorisme, sebagai ancaman nyata," kata Dedi melalui pesan teks, Sabtu, 18 Mei 2019. Selama Mei, polisi telah meringkus 29 terduga teroris yang berencana akan meledakan bom ketika KPU mengumumkan pemenang Pilpres 2019.
Guna pengamanan tersebut, sekitar 32 ribu personel gabungan TNI-Polri dikerahkan menjaga ibu kota. Mereka akan mulai berjaga pada 20 Mei, atau dua hari sebelum hari pengumuman.
Ribuan aparat keamanan itu juga sudah siap dengan segala skenario, termasuk aksi massa people power yang akan berlangsung pada hari yang sama. Untuk ini, Polri membagi pengamanan dalam empat ring yang berbeda.
Ring pertama di dalam kantor KPU, ring kedua di sekitar gedung KPU, ring ketiga di halaman gedung KPU, dan ring keempat di sekitar gedung KPU. "Tanggal 20 Mei sudah siap. Fokusnya KPU, Bawaslu, dan obyek-obyek vital nasional lainnya," kata Dedi.
Meski begitu, kata Dedi, hasil deteksi intelijen juga tidak menemukan potensi kerusuhan pada 22 Mei. Namun, Dedi mengakui adanya penggiringan opini yang mengarah pada isu kerusuhan di media sosial.
Karena itu, tim siber Polri terus melakukan patroli di media sosial hingga 22 Mei 2019 untuk meminimalisasi konten negatif. Tim siber pun akan menindak tegas terhadap pembuat dan penyebar konten negatif yang terus mengulangi perbuatannya meski telah diberi peringatan.