INFO NASIONAL - Pada 2018 lalu, Wakil Presiden Jusuf Kalla usai pertemuan bilateral dengan Chief Executive Republik Islam Afganistan Abdullah Abdullah menekankan, bahwa Indonesia berkomitmen dalam meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan, ekonomi dan pembangunan kapasitas (capacity building) dengan Afganistan.
Dalam hal ekonomi, Wapres JK menekankan pentingnya kerja sama di bidang energi dan sumber daya mineral, karena Afganistan memiliki potensi yang besar di kedua sektor tersebut.
Baca Juga:
Sedangkan kapasitas yang dimaksud adalah mendukung penuh berbagai pelatihan yang dilaksanakan melalui program pendidikan, pertambangan dan pemberdayaan perempuan.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi, menyambut baik dan mempersiapkan hal tersebut dengan serius. Hal itu terbukti dengan adanya kegiatan Cultural Awareness of Afganistan yang diselenggarakan di PPSDM Migas pada Jumat, 17 Mei 2019.
Kegiatan ini berlangsung sebagai persiapan para pengajar dan penyelenggara pelatihan, untuk dibekali pemahaman yang baik mengenai budaya Afganistan, baik pola berpikir, harapan, kebutuhan, komunikasi, dan lainnya.
Baca Juga:
Dalam sambutannya Kepala BPSDM ESDM Wiratmaja mengatakan, salah satu permasalahan yang berpotensi muncul dalam pelaksanaan program Capacity Building untuk Afganistan adalah perbedaan kebudayaan. "Ini karena kita memang berbeda pola kehidupan, budaya, komunikasi dan lainnya. Ini yang harus kita persiapkan dengan matang agar nanti kegiatan berjalan dengan baik dan efektif,” ujarnya.
Materi yang disampaikan oleh tim narasumber dari Kementerian Luar Negri antara lain language, religion & belief, culture & society, social etiquette & customs, dan business & work culture.
Tim Direktorat Asia Selatan dan Tengah Kementerian Luar Negri yang berbagi pengalaman dan ilmunya tentang Afganistan yaitu Mantan Duta Besar untuk Afganistan Raudin Anwar, Diplomat Muda Antony Mula Sonang Manurung, staf KBRI Kabul Alfin Hardian Prasetyo.
Peserta hadir terdiri dari 91 orang yang terdiri dari 60 pengajar dan instruktur, 20 penyelenggara yang terlibat, dan 11 pejabat struktural. Sehingga diharapkan dapat terjalin komunikasi, saling mengerti dan toleransi menciptakan suasana yang baik dan kondusif dan terhindar dari kesalahpahaman saat pelatihan berlangsung.
Pembukaan pelatihan tersebut direncanakan akan diadakan pada 24 Juni 2019. (*)