TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, menyesalkan manuver kubu Joko Widodo atau Jokowi yang terang-terangan berupaya merangkul Partai Demokrat dengan mengundang Komandan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ke Istana Negara, dua hari yang lalu.
Baca: Soal Pertemuan Ma'ruf-Sandi, Kubu Jokowi: Bisa Buka Puasa Bersama
"Ya tentunya para politisi ini, yang ini yang saya sesalkan, pemilu belum sebulan, kok udah syahwat kekuasaan, memecah belah, kok banyak sekali," ujar Sandiaga Uno saat berbincang-bincang dengan media di kediamannya, Jalan Jenggala II, Jakarta Selatan pada Sabtu pagi, 4 Mei 2019.
Menurut Sandiaga, sebaiknya para politikus memastikan pemilu berlangsung jujur dan adil terlebih dahulu. Koalisi pun, kata dia, semestinya solid mengawal sampai pengumuman rekapitulasi KPU resmi yang sudah memiliki kekuatan hukum.
"Setelah itu baru kita memikirkan (yang lain). Kita harus dengarkan suara rakyat yang ingin perubahan juga. Kalau kita hanya saling tarik-menarik dan memperkuat koalisi, kita tidak mendengar suara rakyat," ujar Sandiaga Uno.
Kubu Jokowi memang terang-terangan menyatakan pertemuan AHY dengan Jokowi memang untuk merangkul Demokrat. Ketua Harian TKN Jokowi-Ma'ruf, Moeldoko secara gamblang menyebut, prinsip pemerintahan yang efektif adalah mencari teman sebanyak mungkin.
Baca: Kabar Bakal Gabung ke Jokowi, Sandiaga: Saya Tak Mau Berspekulasi
"Sebanyak mungkin koalisi yang semakin kuat. Politik sangat dinamis. Dalam 5 menit terakhir bisa berubah sangat cepat, bisa saja yang berada di sana berada di sini. Sangat dinamis," kata dia di Gedung Bina Graha, Jakarta, Kamis, 2 Mei 2019.