TEMPO.CO, Jakarta - Satu jembatan putus terseret arus air sungai Musi di wilayah kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan. Akibatnya puluhan ribu warga yang tinggal di kecamatan Pasemah Air Keruh terancam terisolasi. Menyikapi hal itu Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru meminta bantuan TNI untuk membangun jembatan darurat agar akses di daerah penghasil padi dan kopi itu bisa kembali dibuka. "Kami juga sudah laporkan kepada pihak kementerian Pekerjaan umum," kata Herman, Sabtu, 27 April 2019.
Baca juga: Terganjal Pembebasan Lahan, Pembangunan Jembatan Musi VI Terhenti
Jembatan tersebut putus Sabtu pagi bahkan sempat viral karena videonya beredar luas di media sosial. Satu-satunya jembatan penghubung antara puluhan desa di Pasemah Air Keruh ke desa Padang Tepong, Ulu Musi ini diakui Herman telah berusia lebih dari 25 tahun. Sebelumnya kata Herman, pihak Pemkab Empat Lawang sudah berencana melakukan perbaikan. Tapi perbaikan urung dilakukan lantaran terkendala aturan di kementerian PU perihal jembatan dengan panjang lebih dari 60 meter itu. "Kami segera bangun dengan dana keroyokan dari kabupaten, provinsi dan pusat," ujarnya.
Sementara itu Darma Budi, kepala dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Sumsel menjelaskan robohnya jembatan diduga akibat curah hujan yang tinggi dan berlangsung lama didaerah hulu Sungai Musi. Hal itu mengakibatkan luapan Air sungai Musi ditambah banyaknya sampah berupa potongan pohon-pohon yang membendung arus sungai. Selain itu potongan kayu yang nyangkut tersebut mendorong pondasi jembatan hingga bergerak dan hancur. "Kami juga masih nunggu langkah-langkah Pemkab Empat Lawang," katanya.
Baca juga: Jembatan Gantung Penghubung Tangerang - Serang Mulai Diperbaiki
Zulhakim, warga Pasemah Air Keruh menuturkan sejak beberapa hari terakhir ini, di wilayah tersebut kerap diguyur hujan lebat dengan durasi yang panjang. Jembatan tersebut menurut dia sudah layak untuk diganti dengan ukuran yang lebih panjang dan lebar mengikuti perkembangan jumlah penduduk dan kendaraan.
Jembatan tersebut sangat vital sehingga dia khawatir pasokan bahan pangan dan kebutuhan lainnya akan terhambat masuk karena jalan alternatif lainnya diperkirakan mengalami nasib serupa. "Memang luar bisa besar dan kencang arus sungainya," kata Zulhakim.