TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno berharap kedua calon presiden Joko Widodo alias Jokowi dan Prabowo segera bertemu untuk meredakan ketegangan. Dia melihat, dari awal kampanye pada 23 September sampai berakhir kampanye 13 April 2019, kedua kubu masih bersitegang.
Berita terkait: Jokowi Ungkap Alasan Khusus Utus Luhut Bertemu Prabowo
“Tujuh bulan kampanye kedua kubu ototnya menegang, biasanya usai pemilu sudah baik-baik saja. Jadi kalau bisa segeralah bertemu. Kalau bisa ajak CFD biar otot-ototnya tidak menegang,” ujar Adi saat dihubungi Tempo, 23 April 2109.
Adi berharap bertemunya kedua calon presden itu tidak hanya meredakan ketegangan tensi politik, tetapi juga bisa merekonsiliasi para pendukung. Adi mengatakan kedua tokoh ini merupakan dua simbol yang mampu memberikan contoh kepada para pendukung supaya paska Pemilu tidak berkelanjutan saling tuduh-menuduh.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI) Siti Zuhro berpendapat ketegangan politik itu juga bisa diredakan dengan menetaplan hasil Pemilu secara andal dan tepercaya.
"Tanpa itu sulit meredam kekecewaan, ketidakpuasan dan kemarahan masyarakat," ujar Siti Zuhro.
Dia mengatakan persahabatan Jokowi - Prabowo sudah lama terbangun. Meskipun terinterupsi oleh kepentingan politik dalam kontestasi pemilu 2014 dan 2019, “Tampaknya hubungan mereka berdua baik-baik saja”.
MUH. HALWI