TEMPO.CO, Jakarta - Terdakwa perkara suap proyek PLTU Riau-1, Idrus Marham enggan membocorkan siapa yang akan dipilih dalam Pemilu 2019. "Pemilu itu bebas langsung dan rahasia, masak saya sebutin," kata Idrus di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Selasa, 16 April 2019.
Baca: Pulang Untuk Nyoblos Pemilu 2019, Hakim Tunda Vonis Idrus Marham
Kendati tak mau menyebut pilihannya, Idrus menyinggung buruknya praktik bagi-bagi duit atau serangan fajar. Dia bilang itu merusak demokrasi. "Itu merusak kualitas pemilu dan demokrasi yang harusnya menunjukkan kualitas ide dan gagasan, bukan isi tas," katanya.
Sebelumnya Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Agus Rahardjo menduga praktik serangan fajar marak jelang pemilu. Dia menganggap praktik tersebut merupakan fenomena gunung es. Pernyataan tersebut diungkapkan Agus terkait temuan 400 ribu amplop yang diduga akan digunakan untuk serangan fajar oleh tersangka suap transportasi pupuk yang melibatkan politikus Golkar Bowo Sidik.
"Kalau saya melihat itu sebagai sinyal, jangan-jangan ini juga seperti gunung es, ternyata semua orang melakukan itu dan kebetulan ini hanya satu yang terbaik," kata Agus di kantornya, Jakarta, Jumat, 29 Maret 2019.
Baca: Idrus Marham Dituntut 5 Tahun Penjara
Idrus mengungkit pengalamannya menjadi anggota DPR sebanyak dua periode saat mengkritik bagi-bagi duit jelang Pemilu itu. Dia mengatakan tak pernah melakukannya. Sebab, menurut Idrus, pemilu itu soal menunjukan kualitas, bukan isi tas. Idrus hanya menyampaikan komitmennya menolak praktik bagi-bagi duit saat sebelum menjadi anggota DPR, bukan saat menjadi anggota DPR atau pengurus partai.