TEMPO.CO, Jakarta - Pemilu 2019 yang diadakan di luar negeri telah selesai dilaksanakan pada 14 April 2019. Namun, pemilihan tahun ini menyisakan sejumlah masalah yang terjadi di beberapa negara.
Baca: Mahkamah Konstitusi Siap Hadapi Sengketa Pemilu 2019
Sesuai dengan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) nomor 644/2019, early voting memang dijadwalkan dilaksanakan dari 8 April hingga 14 April 2019. Meski begitu, kegiatan penghitungan suara pemilu di luar negeri tetap dilaksanakan serentak pada 17 April 2019, sesuai waktu setempat.
Ada tiga metode kegiatan pemungutan suara yang dilaksanakan di luar negeri. Metode pertama adalah memilih di TPS yang berada di kantor perwakilan RI, kedua memilih dengan Kotak Suara Keliling (KSK) yang bertempat di dekat pemukiman atau tempat kerja WNI, dan terakhir metode pos.
Dari catatan Tempo, terjadi kericuhan setidaknya di empat negara saat menyelenggarakan pemilihan umum. Masalahnya beragam, mulai dari antrean panjang, kehabisan waktu, hingga surat suara telah tercoblos.
Berikut daftar daerah yang mengalami kericuhan saat pemilihan umum:
1. Sydney, Australia
Pemilihan Umum di Sydney diselenggarakan pada Sabtu, 13 April 2019. Ratusan warga negera Indonesia di sana dilaporkan tidak bisa menggunakan hak pilihnya. Akibatnya, Panitia Pemilu Luar Negeri (PPLN) setempat dituding kurang bisa menata sistem pemungutan dengan baik.
Salah satu WNI yang ikut hadir di sana, Putri, menyebutkan masalah yang paling disoroti adalah buruknya pencatatan administrasi daftar pemilih. Ia mengklaim banyak warga yang sebenarnya sudah masuk ke dalam DPT, namun saat datang ke TPS namanya tak tercantum.
Hal ini diperparah dengan PPLN yang dinilai gagal mengatur antrean warga yang datang secara baik. Menurut Putri, warga yang sudah sangat antusias datang ke TPS, sebagian tak bisa menyalurkan suaranya. Belakangan, muncul petisi daring yang mendesak penyelenggara pemilu untuk melakukan pemilu ulang di Australia.
2. Wan Chai, Hong Kong
Di TPS Queen Elizbeth Stadium, Wan Chai, Hong Kong, dikabarkan 20 orang diduga WNI yang berdomisili di Hong Kong merangsek masuk. Mereka menerobos area Pemilu setelah kecewa lantaran tak bisa menggunakan hak pilihnya.
Ketua Panwaslu Hong Kong, Fajar Kurniawan dan Ketua Pemilihan Luar Negeri Suganda Supranto, mengatakan 20 orang itu masuk ke tempat pemungutan suara setelah proses pemilihan kelar.
Tahun ini, jumlah masyarakat yang masuk daftar pemilih tetap di Hong Kong berjumlah 180.232 orang. Panitia telah membagi lokasi pemilu di tiga lokasi dengan jumlah 32 TPS.
3. Selangor, Malaysia
Pemilihan Umum di Selangor, Malaysia dihebohkan setelah beredar video di media sosial, yang menunjukkan penggerebekan lokasi penyimpanan surat suara di Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia. Dari video itu, nampak sejumlah kertas suara telah tercoblos.
Dalam video berdurasi 5:04 menit itu tampak beberapa orang memegang kertas suara bergambar Pasangan capres dan cawapres nomor urut 01, Joko Widodo - Ma'ruf Amin. Dalam video tersebut juga tampak surat suara untuk pemilihan legislatif 2019 yang telah tercoblos.
Meski begitu, Komisi Pemilihan Umum menyatakan pemungutan suara di Malaysia tetap dilanjutkan. KPU memastikan surat suara yang sudah tercoblos tidak akan dihitung. KPU masih menyelidiki kasus ini. Mereka juga telah melibatkan kepolisian setempat untuk mendapat tambahan informasi.
4. Den Haag, Belanda
Pemilihan Umum di Belanda memang dikabarkan tak ada kericuhan. Namun hal ini tak berarti tak ada masalah yang terjadi. Lokasi TPS yang hanya berada di Kedutaan Besar di Den Haag cukup menyulitkan pemilih.
Pianis dan penulis Indonesia yang tinggal di Belanda, Karina Andjani, bahkan harus menempuh jarak 107,5 kilometer dari rumahnya di Kota s-Hertogenbosch, ke TPS di Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH). Ia menggunakan kereta selama dua jam perjalanan.
Baca: 213 Tahanan di Polda Yogyakarta Bakal Mencoblos pada Pemilu 2019
Pemilihan umum di Belanda diketahui dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mencoblos langsung di TPS di Den Haag, dan mengirim surat suara via pos ke PPLN setempat.
Menurut sepengetahuan Karina, dilansir dari ANTARA, banyak WNI di Belanda yang memilih langsung ke Den Haag karena tidak mendapat kiriman surat suara melalui pos.
IQBAL LAZUARDI | IRSYAN HASYIM | ROSSENO AJI | ANTARA