INFO NASIONAL-- Jumlah arus masuk wisatawan manca negara ke Banyuwangi meroket mencapai 691persen, dari semula hanya 12 ribu orang pada 2010, menjadi 98 ribu wisatawan pada 2017. Sementara, wisatawan domestiknya mencapai 4,9 juta orang. Lalu, bagaimana pariwisata di Banyuwangi bisa melonjak begitu pesat? Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berbagi resep suksesnya dalam acara Ngobrol @tempo yang digelar atas kerja sama Kementerian Pariwisata dan PT Tempo Inti Media, di Gedung Tempo Palmerah, 15 April 2019.
Yang pertama, Bupati memang berkomitmen untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai prioritas. Langkahnya antara lain, semua dinas harus mendukung dan bahkan menjadi dinas pariwisata. Ia mencontohkan, dinas pengairan harus juga menjadi dinas pariwisata, dengan menjadikan sungai-sungai di Banyuwangi bersih dan menjadi daya tarik wisata. “Semua dinas kami, menurut kami adalah dinas pariwisata,” kata Azwar Anas.
Yang kedua, sektor pariwisata juga bertujuan mengubah cara dan perilaku masyarakat. Jika semula masyarakat Banyuwangi berperilaku jorok dan kotor, dengan mengandalkan sektor wisata mau tidak mau mereka harus berperilaku bersih, tempat usaha mereka harus bersih.
Partisipasi masyarakat di sektor pariwisata juga didorong. Maka, kata Anas, setiap tempat di Banyuwangi adalah destinasi wisata, dan setiap kegiatan adalah atraksi wisata. Itu sebabnya banyak festival berbasis adat lahir dari masyarakat, dan pemerintah tinggal memfasilitasi. Jadilah festival menarik yang selalu mendatangkan ribuan orang, dan menggerakkan ekonomi rakyat secara langsung. Contohnya antara lain Festival Gandrung Sewu, Tumpeng Sewu, ritual Kebo-keboan, dan Tari Seblang.
Yang ketiga, pemkab Banyuwangi membuat aturan yang mengharuskan bangunan baru menjadi bagian dari destinasi wisata. Jadi, desain bangunan harus diubah dan dibuat mengandung identitas lokal banyuwangi, sehingga menjadi destinasi wisata khas Banyuwangi yang menarik. Hotel-hotel baru, wajib mengedepankan kandungan lokal pada desainnya.
Contoh lainnya, ketika PT Industri Kereta Api (INKA) dan Stadler Rail Group dari Swiss, akan membangun pabrik kereta api di Banyuwangi, maka Pemkab Banyuwangi meminta perusahaan itu mengubah desain pabriknya agar mengedepankan identitas budaya Banyuwangi. Dan, juga diminta untuk membangun museum kereta api yang unik di Banyuwangi.
Meski awalnya alot, tapi akhirnya INKA dan investor dari Swiss malah setuju investasi Rp 1,6 triliun untuk membuat pabrik kereta api, dan malah berkomitmen untuk membangun museum kereta api terbesar se-Asia di Banyuwangi.
Selain itu, agar memastikan pertumbuhan kesejahteraan dirasakan oleh masyarakat, maka Pemkab Banyuwangi mendorong pertumbuhan hotel berbintang tiga ke atas, namun membatasi penginapan kelas melati. “Karena homestay ini ceruknya rakyat,” kata Anas.
Dengan pemimpin daerah yang berkomitmen tinggi untuk fokus memajukan sektor pariwisata, Kabupaten Banyuwangi sukses mendongkrak pertumbuhan ekonominya. Simak saja. Pada 2017 perekonomiann Kabupaten Banyuwangi berada di level 5,6 persen. Angka ini lebih besar 0,53 persen dari pertumbuhan ekonomi nasional, dan unggul 0,15 persen dari Jawa Timur. Yang lebih penting, pendapatan per kapita kabupaten ini melesat 109 persen, dari Rp 20,8 juta per kapita pada 2010 menjadi Rp 43,65 juta per kapita per tahun, pada 2018.
Acara ngobrol@tempo juga menghadirkan pembicara Menteri Pariwisata Arief Yahya, Wakil Gubernur Jawa Barat UU Ruzhanul Ulum, dengan moderator Pemimpin Redaksi Tempo.co Wahyu Dhyatmika. Acara yang mengambil tema “Komitmen CEO pada Pariwisata Indonesia” ini juga dihadiri oleh Walikota Solok Zul Elfian, Wakil Walikota Manado Mor Dominus Bastiaan, serta Direktur Utama PT Tempo Inti Media Tbk Toriq Hadad, dan Direktur Tempo.co Tomi Aryanto. (*)