TEMPO.CO, Surabaya - Wakil Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Brigadir Jenderal Toni Harmanto mengatakan kasus pembunuhan keji mayat dalam koper yang ditemukan di Blitar beberapa waktu lalu dilatari percekcokan saat tersangka AS dan korban Budi Hartanto melakukan hubungan sesama jenis.
Menurut Toni, sebelumnya Budi dan AS telah melakukan hubungan badan sebanyak tiga kali dengan korban bertindak sebagai perempuan. Masalah timbul saat keduanya melakukan hubungan badan keempat di tempat usaha korban di Kediri pada awal April lalu.
“Nah, yang keempat ini timbul masalah pembayaran yang akhirnya terjadi pembunuhan. Korban dibayar Rp 100 ribu oleh tersangka,” kata Toni saat konferensi pers di Polda Jawa Timur, Jalan Ahmad Yani Surabaya, Senin, 15 April 2019.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Timur Komisaris Besar Gupuh Setyono mengimbuhkan saat terjadi percekcokan itu AJ, tetangga tersangka, berupaya mengingatkan Budi Hartanto. Namun korban malah marah-marah hingga ditampar oleh AJ. Korban balas menampar dan mengambil golok di tempat duduk yang ada di balai-balai rumah.
Menurut Gupuh korban mengayunkan golok itu ke tubuh AJ namun ditangkis dan dapat direbut. AJ ganti menyabetkan golok ke lengan korban. Namun karena korban berteriak-teriak minta tolong, akhirnya diniaya lagi sampai jatuh terlungkup. “Lalu tubuh korban dibacok berkali-kali oleh AJ dibantu AS,” kata Gupuh.
Ketika korban sudah meninggal, kata Gupuh, mayatnya akan dimasukkan koper untuk dibuang. Namun karena tak muat, tubuh korban dikeluarkan lagi. “AS menyuruh AJ memotong kepalanya (agar tubuhnya cukup dimasukkan ke koper),” kata dia.
Gupuh berujar koper itu diambil AS dari rumahnya. Kepada ibunya, AS mengaku bahwa koper tersebut dijual dan laku Rp 600 ribu. “AS menunjukkan uang Rp 600 ribu ke ibunya, yang sebenarnya itu uang yang ada di dompet korban,” katanya.
Setelah tubuh tanpa kepala itu dimasukkan koper, kemudian mayatnya dibuang ke wilayah Blitar. Adapun kepalanya dibuang di Kediri.
Gupuh menuturkan korban dan AS berkenalan lewat aplikasi Hornet sejak Juli tahun lalu. “Tersangka AS sangat sayang pada korban, apapun yang diminta selalu diberi,” kata Gupuh.
Setelah membuang mayat korban, kata Gupuh, AJ berusaha melarikan diri ke Lampung. Namun jejaknya lebih dulu terendus di Ngawi saat ia menginap di rumah kerabatnya. Dari informasi kerabatnya itulah polisi mengejar AJ ke Jakarta. “AJ ditangkap kawan-kawan Ditlantas Polda Metro Jaya Kamis pekan lalu,” katanya.
Adapun AS ditangkap dalam waktu yang hampir bersamaan di Kediri. Polisi juga telah menemukan kepala korban dan golok untuk membunuh. Polisi masih mengembangkan kasus tersebut untuk menyelidiki kemungkinan pembunuhan itu telah direncanakan.
KUKUH S. WIBOWO (Surabaya)