Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Non-Muslim Ditolak di Bantul, Pemda: Siapapun Berhak Tinggal

image-gnews
Pelukis beragama Katolik, Slamet Jumiarto di rumah kontrakan Dusun Karet, Pleret, Bantul, Yogyakarta. Slamet ditolak masuk kampung Dusun Karet karena beragama Katolik. TEMPO/Shinta Maharani
Pelukis beragama Katolik, Slamet Jumiarto di rumah kontrakan Dusun Karet, Pleret, Bantul, Yogyakarta. Slamet ditolak masuk kampung Dusun Karet karena beragama Katolik. TEMPO/Shinta Maharani
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menyesalkan aturan menolak non-muslim yang dibuat tokoh Dusun Karet, Desa Pleret, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Aturan yang dibuat berdasarkan kesepakatan warga dusun sejak 2015 itu melarang warga non-muslim untuk tinggal di dusun itu, meski hanya sebatas mengontrak.

Baca juga: Pelukis di Yogyakarta Ditolak Ngontrak karena Menganut Katolik

"Itu aturan yang tidak benar, siapapun masyarakat Indonesia berhak tinggal di manapun," ujar Sekretaris DIY Gatot Saptadi, Selasa, 2 April 2019.

Sebelumnya sempat geger adanya praktek diskriminasi agama yang terjadi di Dusun Karet Desa Pleret Bantul. Praktek diskriminasi itu baru terkuak saat seorang seniman Slamet Jumiarto, pelukis berusia 42 tahun, menjadi korban saat dirinya hendak menyewa rumah di dusun itu.

Slamet sudah membayar uang sewa, namun dilarang mengontrak. Alasannya, kata dia, para tokoh warga dusun menilai Slamet bukan muslim. Slamet pun buka suara atas peristiwa yang dialaminya dan mengadu ke pemerintah Bantul juga DIY.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gatot menuturkan, pihaknya juga telah bertemu dengan Slamet dan mengetahui duduk persoalannya. " Aturan yang dibuat Dusun Karet Pleret Bantul menyalahi undang-undang dan bertabrakan dengan wawasan kebangsaan Indonesia," 
ujarnya.

Gatot menegaskan, apapun keyakinan warga, tidak boleh ada larangan untuk tinggal. Kecuali warga itu melakukan aktivitas atau kegiatan yang membutuhkan persyaratan izin.

"Kalau warga itu hanya tinggal, jelas tidak boleh dilarang. Tidak bisa pakai alasan kearifan local, apalagi jika bertentangan dengan UU dan Pancasila," katanya.

Baca juga: Bantul Disorot Mitra Komnas HAM Soal Intoleransi Beragama

Gatot mengaku telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Bantul untuk menyikapi peristiwa non-muslim mengontrak rumah di Dusun Karet itu. "Aturan (diskriminatif) itu tidak pas diterapkan. Sebuah kebijakan di tingkat desa juga harusnya dikeluarkan pemerintah desa, bukan dukuh," ujarnya.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kecelakaan Tunggal, Bus Pariwisata Terguling di Bantul Sebabkan Sejumlah Penumpang Luka

2 hari lalu

Bus pariwisata mengalami kecelakaan tunggal dan terguling di Jalan Siluk-Imogiri Bantul Yogyakarta pada Ahad, 21 April 2024 sore. Dok. Istimewa
Kecelakaan Tunggal, Bus Pariwisata Terguling di Bantul Sebabkan Sejumlah Penumpang Luka

Bus pariwisata itu melaju dari arah Pantai Baron, Gunungkidul, menuju Bantul lewat jalur Siluk Imogiri yang dikenal cukup curam dengan jalan berkelok.


Cerita dari Kampung Arab Kini

3 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.


Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

6 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


H+3 Lebaran, Ribuan Wisatawan Masih Padati Pantai Parangtritis Yogyakarta hingga Petang

10 hari lalu

Wisatawan masih memadati kawasan wisata Pantai Parangtritis Bantul Yogyakarta pada Sabtu (13/4). Tempo/Pribadi Wicaksono
H+3 Lebaran, Ribuan Wisatawan Masih Padati Pantai Parangtritis Yogyakarta hingga Petang

Kunjungan wisatawan ke Pantai Parangtritis Yogyakarta terus naik sejak hari pertama Idulfitri atau Rabu, 10 April lalu hingga Sabtu 13 April.


Sederet Fakta Khatib Salat Id di Bantul Singgung Dugaan Kecurangan Pemilu dan Berujung Minta Maaf

10 hari lalu

Ilustrasi salat Idul Fitri. REUTERS
Sederet Fakta Khatib Salat Id di Bantul Singgung Dugaan Kecurangan Pemilu dan Berujung Minta Maaf

Khatib salat Id di Bantul, Yogyakarta, mendadak viral di media sosial karena mengangkat materi dugaan kecurangan Pemilu 2024. Berikut sederet faktanya


Bahas Kecurangan Pemilu 2024 Saat Salat Id di Bantul, Untung Cahyono Minta Maaf

10 hari lalu

Ilustrasi salat Idul Fitri. REUTERS
Bahas Kecurangan Pemilu 2024 Saat Salat Id di Bantul, Untung Cahyono Minta Maaf

Untung Cahyono, penceramah yang viral karena mengangkat materi kecurangan Pemilu 2024 saat salat Id di Bantul memberikan klarifikasi.


Viral Salat Id di Bantul Ditinggal Jemaah karena Singgung Politik, Kampus UAD Klarifikasi

11 hari lalu

Ilustrasi salat Idul Fitri. REUTERS
Viral Salat Id di Bantul Ditinggal Jemaah karena Singgung Politik, Kampus UAD Klarifikasi

Video yang menampilkan jemaah salat Id meninggalkan lokasi menjadi viral di media sosial.


Polisi Tindak Sejumlah Konvoi Jalanan Sambil Nyalakan Petasan di Yogyakarta Jelang Libur Lebaran

22 hari lalu

Gerombolan remaja menggelar konvoi sembari menyalakan petasan di jalan Kota Yogyakarta pada Minggu 31 Maret 2023. (Dok. Istimewa)
Polisi Tindak Sejumlah Konvoi Jalanan Sambil Nyalakan Petasan di Yogyakarta Jelang Libur Lebaran

Menjelang libur Lebaran di Yogyakarta, muncul sejumlah konvoi yang diikuti aksi menyalakan petasan di jalanan.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

42 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

47 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram