Akibat masih minimnya komputer, UNBK SMA Negeri 01 Teluk Wondama, Papua Barat, terpaksa pelaksanaannya secara bergiliran. SMA ini merupakan satu-satunya sekolah di daerah tersebut yang melaksanakan UNBK. Sekolah lain masih melaksanakan ujian dengan pensil dan kertas.
"Tahun ini kali pertama kami melaksanakan UNBK. Tahun lalu masih menggunakan pensil dan kertas seperti sekolah lain," kata Kepala SMA Negeri 01 Wondama, Wenan Imburi di Wasior, Selasa, 2 April 2019.
Menurut Wenan, terdapat 172 siswa yang mengikuti ujian. Pelaksanaan UNBK dibagi dalam tiga sesi karena menyesuaikan jumlah komputer yang hanya 60 unit. “Sesi pertama 58 orang, sesi kedua 58 dan sesi ketiga 57 siswa dengan durasi waktu masing-masing 2 jam,“ kata Wenan Imburi.
Meskipun baru pertama kali menggelar UNBK, Imburi optimistis anak-anak didiknya tidak kesulitan mengoperasikan. Persiapan yang dilakukan termasuk simulasi selama tiga kali dirasa cukup memberi bekal para siswa dalam menghadapi ujian secara elektronik tersebut.
Di Makassar, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy berjanji untuk memperhatikan kebutuhan komputer untuk pelaksanaan UNBK. Ia akan terus berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk pengadaan sarana tersebut.
"Anggaran pendidikan yang 20 persen dari APBN itu di pecah-pecah, sebagian besar sudah diturunkan di pemerintah daerah. Jadi untuk pengadaan suprastruktur dan infrastruktur termasuk komputer, harus ada sharing antara pemerintah pusat dan provinsi untuk SMA/SMK, serta pemerintah kota untuk tingkat SMP," kata Muhadjir.
"Kemendikbud punya komitmen yang kuat dalam pengadaan komputer sebagai salah satu sarana dalam rangka membangun digitalisasi pendidikan dan itu memang mutlak harus dipenuhi".