TEMPO.CO, Jakarta - Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, perbedaan yang ada harus menjadi kekuatan. Karena, kata dia, dengan perbedaan masyarakat bisa saling mengisi dan melengkapi.
Baca: Panglima TNI: Menghadapi Separatis di Papua Tak Harus Bertempur
"Oleh sebab itulah, para pendiri bangsa Indonesia telah menetapkan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan, walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu," kata Hadi dalam keterangan tertulis, Senin, 1 April 2019.
Hal itu, dia sampaikan saat bersilaturahmi dengan ratusan alim ulama, tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat di Aula Pendopo Ronggo Sukowati, Pamekasan, Jawa Timur.
Menurut Hadi, pengembangan sumber daya manusia dan pengolahan sumber daya alam yang maksimal hanya dapat dilakukan bila semuanya bersatu. “Harus disadari bersama bahwa bangsa Indonesia sangat beraneka ragam, karena memiliki ratusan suku, ribuan bahasa daerah, budaya, adat istiadat dan agama," ujarnya.
Dia menilai perbedaan adalah rahmat dan perbedaan adalah keindahan sebagaimana warna pelangi. Karena, kata dia, dengan perbedaan bisa saling belajar satu sama lain. "Saat ini kita berada dalam masa-masa yang cukup memprihatinkan, ketika toleransi menjadi menurun, kerukunan menjadi berkurang, dan persatuan kesatuan menjadi terancam," ujarnya.
Menurut dia, seperti itu kadang-kadang dipicu oleh hal sepele, seperti perbedaan pilihan politik, permasalahan tutur kata, permasalahan kehidupan rumah tangga, dan lain-lain.
Simak juga: Panglima TNI: Menghadapi Separatis di Papua Tak Harus Bertempur
Hadi mengatakan TNI adalah bagian dari rakyat, karena TNI berasal dari rakyat, berjuang bersama-sama rakyat, dan untuk kepentingan rakyat. Oleh karenanya, kata dia, kemanunggalan TNI dan rakyat adalah kekuatan yang sangat strategis dan menentukan bagi bangsa dan negara. “Kekuatan yang sangat dahsyat tersebut terbukti telah mampu mengusir penjajah dengan persenjataan yang jauh lebih baik”, ujar dia.