TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menilai pelaporan Aliansi Lembaga Analisis Kebijakan dan Anggaran (Alaska) ke polisi adalah serangan fitnah musiman yang acap kali terjadi di momen penting.
Baca: Alasan ALASKA Tak Laporkan Dugaan Korupsi Sudirman Said ke KPK
"Misalnya, waktu saya membereskan mafia migas juga mirip seperti ini. Kemudian, ketika mengurus kasus 'Papa Minta Saham' juga beredar cerita-cerita fitnah seperti ini, pun waktu maju sebagai Calon Gubernur,” kata Sudirman melalui keterangan tertulis, Selasa, 26 Marer 2019.
Kali ini, kata Sudirman, serangan fitnah muncul saat ia menjadi Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto - Sandiaga Uno dalam Pilpres 2019. "Tapi saya menanggapinya biasa saja. Karena sudah biasa menghadapi hal seperti ini,” kata dia.
Bahkan, Sudirman menyebut dirinya sudah bisa menduga siapa dalang dibalik pelaporan terhadap dirinya tersebut. “Saya sudah hafal nadanya, dan bisa menduga siapa sutradara dan asisten sutradaranya. Penulis skenario fiksinya juga tahu," kata dia.
Sebelumnya, Koordinator Alaska Adri Zulpianto menyebut dugaan tindak pidana korupsi itu terjadi pada 2015. Saat itu SKK Migas memiliki proyek Shorebase Supply Services di Lamongan dan Gresik Jawa Timur dengan nilai proyek Rp541 miliar dan digarap PT Petrosea Tbk.
"Namun, dalam perjalanannya telah dibatalkan sepihak oleh SKK Migas dengan dalih telah menerbitkan persetujuan tender di Sorong Papua pada Juni 2017," kata Adri. Ia pun menuding ada permainan pada proyek tersebut.
Simak juga: Sudirman Said Bantah Alaska Soal Korupsi Proyek di Sorong
Sudirman Said mengakui memang ia sesekali mendengar laporan perkembangan proyek strategis. Tapi proyek yang dituduhkan oleh Alaska itu tak pernah didengarnya “Saya dengar nama proyek Sorong Offshore Base saja belum pernah,” ucap dia.