TEMPO.CO, Jakarta - Kurang dari sebulan menjelang Pemilihan Presiden 2019, Majelis Ulama Indonesia atau MUI mengimbau masyarakat agar tetap menjaga kerukunan. Di tengah konstelasi politik yang sedang memanas, MUI meminta masyarakat agar tidak terpecah belah.
Baca juga: Sebelum Tetapkan PUBG Haram, MUI Akan Gelar Dengar Pendapat
"Ya berbeda pilihan adalah sunatullah tapi jangan sampai berbeda pilihan bangsa ini jadi terpecah belah," kata Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional MUI, Muhyiddin Junaidi, saat ditemui di Kantor Wakil Presiden, di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin, 25 Maret 2019.
Ia mengatakan pilpres dan pileg ini jangan sampai dijadikan sebagai ajang untuk memecah belah. Justru, momen lima tahunan ini harus dibuat sebagai sarana untuk mendewasakan diri serta berpikir dengan menggunakan akal sehat.
"Jadi kalau gara-gara pilpres kita berkelahi, kayaknya malu. Menampar muka bangsa Indonesia khususnya umat Islam," kata Muhyiddin.
Bahkan penggunaan istilah tertentu bagi pendukung salah satu pasangan calon juga diminta agar ditinggalkan. Muhyiddin mengatakan hal ini tidak sesuai dengan ajaran Islam.
"Saya melihat istilah tak baik itu tak perlu diteruskan. Itu menyalahi akhlakul karimah," kata dia.
Baca juga: Soal Usulan NU Menghapus Istilah Kafir, Begini Kata MUI
Muhyiddin mengatakan MUI selalu mendoakan agar pemilihan umum berjalan lancar dan aman. Ia pun memberi imbauan pada masyarakat agar tetap menggunakan hak pilihnya dan menjauhi golput. Ia menegaskan golput tidak menyelesaikan masalah apapun.
Pemilihan Presiden akan digelar secara serentak di seluruh Indonesia pada pada 17 April 2019. Mulai hari ini hingga 13 April, dua pasangan calon yakni Joko Widodo - Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, akan melakukan Kampanye Terbuka.