TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, mengatakan banjir Sentani, Jayapura, disebabkan dua hal yaitu curah hujan tinggi dan kesalahan tata ruang akibat perusakan hutan. Banjir bandang menghantam daerah Sentani, wilayah yang terdampak meliputi Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura, Heram, Sentani dengan Daerah Tangkapan Air (DTA) banjir seluas 15.199,83 hektar.
Baca: Banjir Sentani, PLN Telah Pulihkan 69 Gardu Listrik di Jayapura
Siti Nurbaya mengatakan sebelum kejadian, terjadi hujan deras selama tujuh jam dari pukul 17.00 hingga 24.00 waktu setempat. Dengan curah hujan mencapai 248,5 milimeter per jam. Curah hujan ekstrim inilah yang menyebabkan debit aliran air menjadi tinggi.
"Kemudian terjadi longsor karena proses alami di wilayah timur Sentani dan membentuk bendung alami yang jebol ketika hujan ekstrim," kata Siti Nurbaya melalui siaran pers pada Selasa 19 Maret 2019.
Menurut dia, terdapat penggunaan lahan permukiman dan pertanian lahan kering campur pada DTA banjir seluas 2.415 hektar. Berdasarkan peta kerawanan banjir limpasan, sebagian besar DTA banjir merupakan daerah dengan potensi limpasan yang tinggi dan ekstrim. Hal tersebut secara geomorfologis, kata Siti, merupakan sistem lahan yang tergenang.
Untuk itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memberikan empat rekomendasi untuk mengatasi banjir Sentani agar tak terulang. Pertama, Menteri Siti menuturkan harus ada langkah mengembalikan kawasan hutan sesuai dengan fungsinya. Sepanjang 2014-2016, telah dilakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan seluas 710,7 hektar pada DTA banjir.
Kedua, harus ada kaji ulang tata ruang berdasarkan pertimbangan pengurangan risiko bencana dan mengembangkan skema adaptasi di titik banjir. Ketiga, internalisasi program rehabilitasi lahan di hulu dan tengah DAS terutama kawasan hutan ke dalam indikasi program pada tata ruang.
"Keempat, internalisasi program konservasi tanah dan air berupa Saluran Pembuangan Air (SPA) di lahan pertanian dan permukiman untuk meningkatkan pengaturan sehingga menurunkan potensi longsor dan akumulasi air pada waktu yang pendek."