TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik asal Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, menyebut korelasi antara tingginya angka golput dengan kekalahan calon presiden inkumben Jokowi, yang diklaim Lingkar Survei Indonesia (LSI) Denny JA, rancu. Menurutnya angka golput tidak akan berpengaruh kepada Jokowi, kecuali pemilih Jokowi akhirnya memutuskan mencoblos Prabowo Subianto.
“Mesti dijelaskan kolerasi angka golput dgn kekalahan Jokowi. Karena agak rancu. Versi LSI, saat ini elektabilitas jokowi unggul 27 persen, sementara Golput diperkirakan 30 persen. Itu artinya, secara matematik sekalipun golput tinggi Jokowi tetap unggul,” ujar Adi kepada Tempo, Selasa 19 Maret 2019.
Baca: LSI: Jika Angka Golput Besar, Terbuka Kemungkinan Jokowi Kalah
Adi mengatakan tingginya angka golput juga bukan menjadi kabar buruk. Sebaliknya golput muncul akibat dari reaksi publik yang menilai kualitas demokrasi buruk dan ruang publik yang diisi oleh kampanye remeh temeh tanpa substansi. “Jelas ini ironi,” ujarnya.
Hasil sigi LSI yang dirilis hari ini dikatakan bahwa calon presiden inkumben, Jokowi, paling dirugikan jika angka golput di pemilihan presiden 2019 besar. Bahkan, peneliti LSI Ikrama Masloman menyebut, terbuka kemungkinan Jokowi dikalahkan Prabowo Subianto jika calon presiden nomor urut 01 itu tak berhasil mengelola partisipasi pemilih.
Tonton: Video Viral Jokowi Yes Yes Yes, Ini Tanggapan Polisi
Musababnya, ujar Ikrama, selisih elektabilitas Jokowi dan Prabowo saat ini tak lebih besar dari angka golput 2014. "Angka golput 2014 sebesar 30,42 persen. Sementara selisih elektabilitas dua paslon ini 27,8 persen," ujar Ikrama di kantornya, Jalan Pemuda, Jakarta Timur pada Selasa, 19 Maret 2019.
Simak: Golput Tinggi Rugikan Jokowi, TKN: Bisa Berubah Sampai Coblosan
LSI memprediksi angka golput dalam pemilihan presiden 2019 ini meningkat daripada pilpres 2014. Prediksi itu berdasarkan hasil sigi LSI yang menunjukkan kurang lebih sebulan menjelang pemilihan presiden 2019 pemilih yang tahu pelaksanaan pilpres akan dilaksanakan pada bulan April 2019 hanya sebesar 65,2 persen.
Dari mereka yang tahu bahwa pilpres akan dilaksanakan April 2019, sebesar 75,8 persen bisa menjawab dengan benar bahwa tanggal pelaksanaan pilpres adalah 17 April 2019. "Artinya jika ditotal secara populasi, hanya 49,4 persen dari pemilih Indonesia yang terinformasi dan menjawab dengan benar bahwa pelaksanaan pilpres dan pileg dilangsungkan pada tanggal 17 April 2019," ujar Ikrama.
FIKRI ARIGI | DEWI NURITA