TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menetapkan masa tanggap darurat banjir Sentani selama 14 hari. Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan masa tanggap darurat ditetapkan 17 Maret 2019.
Baca: Banjir Sentani, BNPB Laporkan 77 Orang Meninggal dan 43 Hilang
"Tadi malam Pak Doni Mordano (Kepala BNPB) sudah melaporkan dampak banjir di Sentani dan penangaannya ke Presiden," ujar Sutopo di Kantor BNPB, Senin, 18 Maret 2019.
Menurut Sutopo, Presiden Joko Widodo sudah memberikan beberapa arahan. Di antaranya, proses evakuasi korban harus dipercepat untuk menghindari bertambahnya jumlah korban meningal dan luka-luka. "Diperintahkan juga agar nantinya pascabencana segera dilakukan rehabilitasi di hutan dan lahan di Pegunungan Cycloop agar tidak terjadi lagi," katanya.
Ia menjelaskan bahwa banjir bandang di Sentani bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya, pada 2003 dan 2007 juga terjadi banjir yang mengakibatkan kerusakan dan menelan korban jiwa.
Untuk penanganan bencana banjir ini, didirikan posko komando. "Pendirian posko komando di Kantor Bupati Jayapura," ujarnya.
Selain itu, kata Sutopo, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga melakukan pendistribusian sarana air bersih dan sanitasi ke lokasi.
Video: Begini Tim SAR Evakuasi Korban Meninggal Akibat Banjir di Sentani
Ia menambahkan, saat ini sudah 49 persen gardu listrik yang terdampak banjir telah berfungsi. "Perbaikan darurat terkait listrik terus dilakukan, RSUD sudah berfungsi, Dinkes mengerahkan 60 mobil ambulans dan mobil jenazah, pengerahan alat berat; 4 unit ekskavator," tuturnya.
Ia menambahkan, secara umum kondisi jalan masih cukup baik, hanya tertutup kayu. Dapur umum sudah didirikan. Untuk melayani kebutuhan mendesak, disediakan makanan siap saja untuk masyarakat di pos pengungsian, selimut, air bersih, hygiene kit, pakaian, terpal, peralatan memasak, alat berat, matras, makanan tambahan gizi, dan peralatan rumah tangga untuk bersihkan lumpur. "Untuk memenuhi kebutuhan ini, ada yang didambil dari sekitar Sentani, ada yang dari luar wilayah dan dari Jakarta."
Jumlah korban banjir bandang yang menerjang Sentani Provinsi Papua terus bertambah. Tim SAR gabungan terus melakukan evakuasi, pencarian dan penyelamatan korban.
Hingga Senin, 18 Maret 2019, pukul 15.00 WIB, sebanyak 79 jiwa meninggal dan 43 orang belum ditemukan. Sebanyak 72 korban meninggal yang sudah teridentifikasi berada di Kabupaten Jayapura dan sisanya di Kota Jayapura. Terkait korban hilang, 34 di antaranya diidentifikasi di Kampung Milimik Sentani, 6 di Komplek Perumahan Inauli Advent dan 3 di Doyo Baru.
Akibat banjir ini, 4.728 jiwa mengungsi di 6 titik pos penampungan. Jumlah penyintas terbesar, yaitu 1.450 jiwa, terdapat di BTN Gajah Mada. Kelima pos penampungan yang lain berlokasi di Posko Induk Gunung Merah menampung 1.273 jiwa, BTN Bintang Timur 600 jiwa, Sekolah HIS Sentani 400 jiwa, SIL Sentani 300 jiwa, dan Doyo Baru 203 jiwa. Akibat kejadian ini, tercatat 11.725 keluarga terdampak.
Baca: BNPB Sebut Banjir Sentani Akibat Hutan Cycloop Gundul
Upaya penanganan terhadap korban banjir sudah dilakukan sejak hari pertama pascabanjir bandang, Minggu, 17 Maret 2019. Pos Komando yang didirikan di Kantor Bupati Jayapura telah melayani korban luka dan terdampak melalui pelayanan medis dan dapur umum. Pelayanan medis telah didukung oleh operasional rumah sakit yang telah berfungsi kembali, seperti RSUD Yowaris, sedangkan RS Dian Harapan, RS Bhayangkara, RS Abepura dan RS Aryoko. Rumah sakit tersebut berfungsi sebagai rumah sakit rujukan.