TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan menuntaskan pembangunan 21 jembatan di Kabupaten Nduga, Papua, secara paralel. Pembangunan itu dilakukan oleh 600 personil TNI tambahan yang dikirimkan hari ini, Selasa, 12/3.
Berita terkait: Tambah Personel, TNI Ambil Alih Pengerjaan Infrastruktur di Nduga
Pengiriman personil tambahan itu dilakukan pasca terjadinya kontak senjata antara TNI dan Kelompok Kriminal Bersenjata pimpinan Egianus Kogoya yang menewaskan tiga personel TNI, Maret lalu. Tambahan personil ini dilakukan untuk mengambil alih pengerjaan jembatan lintas Nduga menuju ke Wamena, karena kontraktor yang mengerjakan kesulitan mendatangkan pekerja baru.
"Pengerjaan nanti dikerjakan oleh 1 batalyon TNI AD, (sedangkan) satu batalyon lain mengamankan," kata Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/ Cenderawasih Kolonel Inf M Aidi saat dihubungi, Selasa, 12 Maret 2019.
Menurut Aidi sistem pengerjaan jembatan di 21 titik itu konsepnya pararel, karena kondisi yang ada tidak memungkinkan dilakukan pembangunan secara serentak. "Pengerjaannya paralel tapi dari dua arah."
Arah pertama dari sebelah Utara, yakni dari Wamena ke Nduga. Sedang sisi Selatan dari Nduga menuju ke Wamena. "Nanti ketemu di tengah-tengah," ucap Aidi. Menurut dia peralatan yang digunakan berasal dari kontraktor, yakni PT Istaka Karya.
Material yang juga berasal dari kontraktor tersebut, jadi tinggal dilakukan pengangkutan dan pemasangan. "Nanti tenaga ahli dari kontraktor, Konsultan juga," kata Aidi .
Sebelumnya, sejumlah personel TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Penegakan Hukum diserang KKB di Distrik Mugi, Nduga, pada Kamis, 7 Maret 2019. Insiden itu terjadi saat Satgas Gakkum melakukan pengamanan pergeseran pasukan yang akan menjaga pembangunan infrastruktur Trans Papua Wamena-Mumugu. Dalam insiden itu, 3 personel TNI tewas, sementara di pihak KKB diperkirakan 10 orang tewas.