TEMPO.CO, Yogyakarta - Calon Presiden nomor urut 01, Joko Widodo atau Jokowi dipastikan akan menghadiri deklarasi dari komunitas bernama Alumni Jogja SATUkan Indonesia yang digelar Sabtu, 23 Maret 2019, di Stadion Kridosono, Yogyakarta.
Baca: Kampanye Prabowo Ricuh, Bawaslu Yogya Klaim Sudah Antisipasi
Dalam acara yang berlangsung pagi hingga siang hari antara pukul 08.00-13.00 WIB itu diperkirakan dihadiri sekitar 30-an ribu orang. "Pak Jokowi dipastikan hadir dalam acara ini," kata Ajar Budi Kuncoro, Ketua Panitia Alumni Jogja SATUkan Indonesia Selasa 12 Maret 2019.
Prosesi kedatangan Presiden Jokowi dalam acara ini akan unik dan berbeda dibanding ketika menghadiri deklarasi di kawasan atau kota lain. Begitu sampai di bandara Adisucipto, Presiden Jokowi menuju Stasiun Lempuyangan menggunakan Kereta Ap Prameks.
Dari stasiun tertua di Yogyakarta itu, Presiden kemudian akan menaiki sepeda ontel bersama dengan ratusan anggota komunitas sepeda tua tersebut menuju ke stadion Kridosono yang jaraknya kurang dari 500 meter.
Di stadion akan disambut oleh 50 rangkaian kesatuan bregodo (brigade) seni keprajuritan rakyat, reog, dan kuda lumping. Uniknya, 100 seniman kuda lumping itu memakai topeng wajah Jokowi.
Budi menambahkan bahwa deklarasi ini juga akan disemarakkan dengan flashmob Juki Kill the DJ, orkestra gamelan Djaduk Ferianto, musisi Sri Krishna, Band Legendaris God Bless--yang dimotori oleh Ahmad Albar, Ian Antono dan lainnya. Juga ada grup NDX yang memiliki pangsa penggemar tersendiri di Yogyakarta dan sekitarnya.
Menjelang pidato puncak oleh Jokowi, akan disampaikan deklarasi dukungan yang diwakili oleh aktor kawakan Slamet Raharjo dan Butet Kertarajasa didampingi oleh santriwati pemilih pemula. Figur-figur ini menjadi potongan representasi kekayaan dan keberagaman wajah Yogyakarta sebagai miniatur Indonesia.
Budi menuturkan panitia menggelar acara bertema Mendukung Pemimpin yang Mempersatukan itu karena terinspirasi sejumlah faktor. Pertama, Yogya dianggap sebagai kota atau lokus yang merefleksikan Indonesia. "Pemuda dan pemudi dari Sabang sampai Merauke berbaur menempuh pendidikan di kota ini, untuk mengasah intelektualitas dan integritas," ujarnya.
Kedua, Yogya menjadi oase bagi kehidupan yang beragam, bhineka, tetapi tetap satu dalam ikatan kebangsaan. Ketiga, Alumni Yogya adalah warga masyarakat yang sedang dan pernah merasakan atau mengalami perjuangan saat membangun karakter diri dan komitmen sosial, dalam dinamika keberagaman dan keharmonisan.
"Keempat, karena peneguhan gerakan kebudayaan yang beradab itu ada dalam diri sosok Jokowi, pemimpin yang sudah, sedang, dan akan terus merealisasikan cita-cita negara yang berkebudayaan itu dalam program pembangunan yang bermanfaat bagi rakyat," ujarnya.
Dan poin kelima, deklarasi Alumni Jogja Satukan Indonesia ini sebagai momen yang bertujuan menggaungkan spirit akan pentingnya kehadiran figur yang dapat mempersatukan dan menyejahterakan rakyat dalam perspektif kebudayaan yakni memanusiakan manusia dalam visi pembangunannya.
Simak juga: Bawaslu: Kericuhan Kampanye Prabowo di Yogya karena Provokasi
Budi menjelaskan bahwa konsep tentang "Alumni Jogja" ini tidak secara ketat merujuk pada teks "alumni" dalam konteks akademis. Sehingga acara ini terbuka untuk pelbagai lapis masyarakat.