TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan akan membuat riset-riset peneliti di Indonesia lebih berbasis pada kebutuhan pasar. Saat ini, ia mengakui banyak hasil riset yang terbengkalai karena tidak sesuai dengan kebutuhan.
Baca: Bos Bukalapak Sebut Dana Riset Rp 28 T, Jokowi: Sudah Rp 26 T
"(Riset) Harus market driven, pasarnya apa yang membutuhkan. Jangan dibalik keinginan peneliti. Peneliti harus diarahkan sesuai kebutuhan masyarakat," kata Nasir saat ditemui di Kantor Wakil Presiden, di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat, 8 Maret 2019.
Nasir menilai saat ini peneliti tidak bisa memaksakan kehendak untuk melakukan riset tertentu. Jika dipaksakan, hasil riset akan terbuang percuma dan tak memiliki nilai tambah apapun. "Ini uang rakyat, jangan dihamburkan tapi tidak memiliki nilai tambah," kata Nasir.
Nasir mengatakan wacana Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk membuat lembaga khusus riset bisa menjadi jawaban. Nantinya, lembaga riset itu akan mensinkronkan riset di lembaga-lembaga yang ada di kementerian. Mulai dari Kemenristekdikti, sampai lembaga lain. "Saat ini kita ada juga namanya rencana induk riset nasional. Ini harus kita sinkronkan," kata Nasir.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut pemerintah saat ini sedang menyiapkan sebuah lembaga besar agar anggaran riset dan pengembangan terkumpul menjadi satu supaya arahnya jelas. Jokowi menyebut saat ini dana riset yang dikeluarkan sudah cukup besar, yakni sebesar Rp 26 triliun.
Simak juga: Dana Riset Kementerian pada 2018 Naik Menjadi Rp 2,45 Triliun
"Sehingga, inovasi-inovasi negara ini bisa muncul, muncul, muncul. Sekarang ini tersebar di kementerian dan lembaga-lembaga, sehingga fokusnya ke mana, itu yang kita benahi," ujar Jokowi.