TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK meminta masjid tidak digunakan sebagai tempat kampanye politik. Hal ini disampaikan JK saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) tahun 2019 dan GEMAS (Gema Sakinah Tingkat Nasional) di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, Rabu, 27 Februari 2019.
Baca: Persaingan Kian Ketat, JK: Konsolidasi Bank Bakal Terus Terjadi
Sebagai gerakan pemuda di masjid-masjid di Indonesia, JK meminta BKPRMI tetap di jalannya untuk memakmurkan dan dimakmurkan masjid. "Jangan organisasi dibawa ke situ sehingga kita pecah belah jamaah masjid itu. Apalagi memakai masjid sebagai tempat kampanye. Nah, itu juga menimbulkan perpecahan di bawah," ujar JK.
JK mengatakan tiap warga memiliki hak memilih masing-masing. Namun, hal ini sebaiknya digunakan oleh tiap personal, dan tak membawa nama BKPRMI. Jika ingin menyuarakan suara, JK menyarankan agar memilih partai politik sebagai mediumnya.
"Kalau politik, bicara di partai lah. Jadi mesti pembagian tugas. (Jika ingin bicara) Politik, bicara di PPP di PKB, PAN, terserah. Tapi jangan membawa-bawa masjid sehingga terjadi pepecahan," kata JK yang juga Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia.
JK mengatakan BKPRMI harus mengikuti perkembangan zaman. Hal ini bisa dimulai dengan mempelajari apa kebutuhan pemuda dan remaja yang hubungannya dengan masjid.
Sejauh ini, JK menilai ada tiga hal utama yang dibutuhkan pemuda. Yang pertama adalah ibadah. Sedang yang kedua kebutuhan akan ilmu pengetahuan dan zaman teknologi. Ia mengharapkan masjid ke depannya dapat digunakan untuk belajar teknologi hingga ekonomi.
Baca: JK: Jokowi Tidak Mungkin Melarang Azan jika Terpilih
Kebutuhan yang ketiga adalah terkait kesehatan pemuda dan remaja masjid. "Dulu orang belajar silat di masjid, cuma kebanyakan silat di halaman masjid. Coba tanya remaja, apa kebutuhannya dia, sehingga dipenuhi dengan perkumpulan remaja masjid," kata JK.