TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon mengeluarkan penjelasan tertulis perihal puisinya yang berjudul Doa yang Ditukar melalui akun Twitter pribadinya, pagi ini, 17 Februari 2019.
"Puisi saya hingg hari ini terus digoreng oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab untuk menyebarkan fitnah dan memanipulasi informasi," kata Fadli Zon dalam keterangan tertulisnya.Ia merasa difitnah telah menyerang K.H Maimun Zubair (mbah Moen) melalui puisi tersebut.
Baca Juga:
Fadli Zon menyatakan merasa tuduhan tersebut tak masuk akal karena ia mengklaim menghormati K.H. Maimun Zubair beserta keluarganya. Ada beberapa poin yang disampaikan Fadli dalam penjelasannya tersebut.
- Saya sangat menghormati K.H Maimoen Zubair, baik sebagai ulama, maupun sebagai pribadi yang santun dan ramah. Beberapa kali saya bertemu dengan beliau. Beberapa diantaranya bahkan kebetulan bertemu di tanah suci Mekah, di pesantren Syekh Ahmad bin Mummad Alawy Al Maliki, Rusaifah.
- Di tengah pembelahan dikotomis akibat situasi politik di tanah air, saya selalu berpandangan agar penilaian kita terhadap para ulama sebaiknya tidak dipengaruhi oleh penilaian atas preferensi politik mereka.Hormati para ulama sama seperti halnya kita menghormati para guru atau orang tua.
- Saya tidak rela melihat beliau diperlakukan tidak pantas hanya demi memuluskan ambisi politik seseorang ataupun sejumlah orang. Inilah yang mendorong saya menulis puisi tersebut. Saya tidak rela ulama kita dibegal dan dipermalukan semacam itu.
- Secara bahasa, puisi saya tidaklah rumit. Bahasanya sengaja dibuat sederhana agar dipahami luas. Hanya ada tiga kata ganti dalam puisi tersebut yaitu 'kau', 'kami', dan 'Mu'. Tak perlu keterampilan bahasa yang tinggi untuk mengetahui siapa 'kau', 'kami', dan 'Mu'. Apalagi dalam bait ketiga, saya memberika atribut yang jelas mengenai siapa 'kau' yang dimaksud dalam puisi.
- Pemelintiran seolah kata ganti 'kau' ditujukan kepada K.H Maimoen Zubair jelas mengada-ada dan merupakan bentuk fitnah. Tuduhan tersebut membuat saya tidak nyaman, tapi juga membuat keluarga K.H. Maimoen Zubair. Kami dipaksa seolah saling berhadapan, padahal diantara kami tidak ada masalah dan ganjalan apa-apa.
- Putera K.H Maimoen Zubair telah memberikan penjelasan bahwa ayahnya menerima klarifikasi saya. Tanpa klarifikasi dari saya pun, beliau sendiri berpandangan jika kata ‘kau’ memang ditujukan kepada orang lain, bukan Mbah Moen. Beliau menjelaskan jika aksi massa yang telah menggoreng isu ini bukan berasal dari kalangan santrinya, melainkan digoreng dari pihak luar.
- Sekali lagi, saya sampaikan bahwa puisi tersebut tidak pernah ditujukan kepada K.H Maimoen Zubair. Penjelasan ini juga telah saya sampaikan ke Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat ia tabayun melalui media sosialnya. Sudah saya jawab tegas bahwa kata 'kau' pada puisi adalah penguasa, bukan K.H Maimoen Zubair.
Fadli Zon pun berencana akan mengunjungi Mbah Moen dalam waktu dekat. "Meski puisi saya tidak pernah ditujukan utnuk beliau, tapi saya ingin meminta maaf karena kontestasi politik saat ini telah membuat beliau dan keluarga menjadi tidak nyaman akibat gorengan orang-orang yang tak bertanggung jawab," kata Fadli Zon.