TEMPO.CO, Jakarta - Husin Yazid mengatakan lembaga survei Indomatrik dan Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) adalah dua lembaga yang berbeda. Namun dia sama-sama mempunyai jabatan di kedua lembaga tersebut. Husin menjabat sebagai Direktur Eksekutif di Puskaptis, sementara di Indomatrik dia menjabat sebagai Direktur Riset. “Itu dua lembaga yang berbeda,” katanya dihubungi, Sabtu, 16 Februari 2019.
Baca juga: Romahurmuziy Sebut Manipulasi Data Survei Indomatrik Keterlaluan
Sebelumnya, Puskaptis dikait-kaitkan dengan Indomatrik. Jabatan Husin di kedua lembaga tersebut jadi penyebabnya. Anggota Dewan Etik Perhimpunan Survei Opini Publik, Hamdi Muluk menduga Puskaptis hanya berganti nama menjadi Indomatrik.
Namun, Husin menampik pernyataan Hamdi. Dia mengatakan Puskaptis berdiri lebih dulu pada 2006, sementara Indomatrik berdiri pada 2009. Di Puskaptis, Husin mengaku sebagai pendiri sekaligus pemilik. Di lembaga sigi itu dia menjabat sebagai direktur eksekutif. Puskaptis, kata dia, masih eksis hingga sekarang.
Sementara itu, Husin mengaku hanya membantu mendirikan Indomatrik bersama dengan sejumlah rekannya. Kedudukannya di lembaga sigi itu adalah direktur riset. “Semacam ahli untuk Indomatrik,” katanya.
Hasil sigi Indomatrik dalam pemilihan presiden 2019 belakangan ini menjadi sorotan lantaran hasil yang berbeda dari kebanyakan lembaga survei lainnya. Dalam surveinya, Indomatrik menyatakan tingkat keterpilihan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin 47,97 persen, sedangkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 44,04 persen, alias selisih 3,93 persen. Hasil survei itu berbeda jauh dari rilis lembaga survei kebanyakan yang menempatkan selisih kedua pasangan itu sekitar 20 persen.
Menanggapi hasil survei itu, Hamdi meminta masyarakat bisa melihat rekam jejak lembaga survei. Hamdi mengajak masyarakat mengingat kiprah Husin lewat Puskaptis dalam Pemilihan Presiden 2014. Pada 2014, Puskaptis adalah satu dari empat lembaga survei yang menyatakan pasangan Prabowo-Hatta Radjasa unggul perolehan suara dari pasangan Jokowi-Jusuf Kalla versi hitung cepat.
Baca juga: Survei CRC: Hanya Sandiaga Uno yang Tren Elektabilitasnya Naik
Hasil perhitungan sebenarnya oleh Komisi Pemilihan Umum kemudian menunjukan Jokowi-JK unggul dibandingkan Prabowo-Hatta, dengan jumlah suara 53,15 persen banding 46,65 persen. Hasil hitung cepat Puskaptis melenceng 5,20 persen, padahal lembaga itu mengklaim memiliki tingkat kesalahan 1 persen.
Hamdi menuturkan tak lama usai gelaran Pilpres 2014, Persepi melakukan audit kepada seluruh anggotanya. Namun Puskaptis menolak diaudit. Karenanya, Persepi mencabut keanggotaan Puskaptis. “Kami mengambil kesimpulan kalau tak mau bertanggung jawab, berarti ini tidak benar dan sanksi paling berat adalah dipecat,” katanya.
Husin mengatakan tak mau diaudit karena hingga 2014 Persepi belum memiliki legalitas. Selain itu, dia juga meragukan independensi dan kompetensi Hamdi Muluk selaku anggota dewan etik yang akan mengaudit.