TEMPO.CO, Jakarta-Kepolisian RI (Polri) mengaku masih kesulitan mengidentifikasi dua orang pelaku bom bunuh diri Gereja Katedral, Pulau Jolo, Filipina Selatan, yang diduga warga negara Indonesia.
Sebab, saat ditemukan, badan kedua pelaku tersebut sudah dalam keadaan hancur. "Karena itu bomnya kan high explosive. Jadi dari serpihan itu betul-betul harus menemukan DNA," ucap Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan, Senin, 11 Februari 2019.
Baca: Kemenlu: Pelaku Bom di Gereja Filipina Belum Diketahui
Jika DNA sudah diidentifikasi, kata Dedi, tetap ada proses panjang terlebih dulu. Tim Polri masih harus mencari pihak keluarga atau orang tua dari pemilik DNA itu untuk dicocokan identitasnya. "Kalau sudah ada kesamaan, baru diumumkan," kata Dedi.
Sebelumnya, Polri telah mengerahkan tim Detasemen Khusus 88 untuk membantu proses identifikasi pelaku. Selain itu, kata Dedi, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) serta Kementerian Luar Negeri untuk membantu identifikasi.
Tindak lanjut Polri itu merenspons pernyataan Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano yang menyebut dua pelaku serangan bom bunuh diri merupakan pasangan suami-isteri warga negara Indonesia. Serangan tersebut menewaskan 22 orang dan melukai 100 orang.
"Yang bertanggung jawab adalah pelaku bom bunuh diri asal Indonesia. Namun kelompok Abu Sayyaf yang membimbing mereka dengan mempelajari sasaran, melakukan pemantauan rahasia dan membawa pasangan ini ke gereja," kata Ano seperti diberitakan ABS-CBN News.
Simak: Pengeboman Jolo, Polisi Filipina Belum Rilis Keterlibatan WNI
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berujar Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Manila dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Davao City juga telah mengontak otoritas setempat, termasuk dengan kepolisian Filipina.
Ia menegaskan bahwa proses identifikasi terhadap pelaku pelaku bom gereja di Filipina Selatan itu belum selesai. "Intinya adalah paling tidak sampai kemarin proses identifikasi belum selesai. Sehingga kalau itu belum selesai, maka mereka belum dapat mengkonfirmasikan bahwa yang terlibat itu dari warga negara tertentu," tuturnya.