TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga, kolega, dan sahabat Rahman Tolleng mengenang sosok aktivis demokrasi itu yang wafat pada 29 Januari lalu itu. Mereka berkumpul di lantai 8 Gedung Tempo, Palmerah, Jakarta, dalam acara yang bertajuk "Mengenang Rahman Tolleng: Politik Tegak Lurus".
Baca: Malam untuk Rahman Tolleng, Guru Politik Para Aktivis
Rahman Tolleng merupakan salah satu evaluator Opini Tempo. Dia tinggal di Sukamulya, Bandung, Jawa Barat. Selama 20 tahun lebih, setiap Selasa, Rahman rutin pergi ke Jakarta untuk mengikuti rapat opini yang digelar tiap Rabu.
"Sampai saat ini kami masih membiarkan kursi Pak Rahman Tolleng kosong. Kami mengingat beliau pernah di situ," kata Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Arif Zulkifli,Kamis malam, 7 Februari 2019.
Para kolega dan sahabat bergantian menuturkan pengalaman dan kesan mereka akan sosok Rahman. Adalah Marsillam Simanjuntak, mantan Jaksa Agung dan kawan Rahman sejak sekitar 1966 yang pertama bercerita. Meski kenal sejak awal Orde Baru, Marsillam mengaku baru dekat dengan Rahman pada 1974-2019.
Awal 1974, Rahman yang merupakan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Golkar dituduh berada di balik demonstrasi besar pada 15 Januari--dikenal peristiwa Malari. Dia dipecat dari keanggotaannya di Golkar dan ditahan di penjara Budi Utomo, menyusul Marsillam yang ditangkap lebih dulu. Setelah bebas, keduanya bersama Abdurrahman Wahid membentuk Forum Demokrasi.
Baca: Pandangan Rahman Tolleng dalam Surat Dari dan Untuk Pemimpin
"Saya dan Rahman juga kemudian bersama-sama di Tempo menjadi sparring partner Goenawan Mohamad untuk Opini," kata Marsillam, Kamis malam, 7 Februari 2019.
Cerita selanjutnya mengalir dari politikus senior Partai Golkar Sarwono Kusumaatmaja. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan ini mengisahkan perkenalannya dengan Rahman semasa masih sama-sama menjadi mahasiswa Institut Teknologi Bandung.
Mantan Menteri Sarwono Kusumaatmadja berbagi kenangan bersama almarhum dalam acara Mengenang Rahman Tolleng: Politik Garis Lurus di Ruang dan Tempo, Jakarta, Kamis, 7 Februari 2019. Rahman Tolleng, meninggal pada Selasa pagi, 29 Januari 2019 di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta. TEMPO/Charisma Adristy
Hadirin tergelak saat Sarwono menceritakan imajinasinya akan sosok seniornya itu. Tak kenal wajah, Sarwono mengira Rahman tampak seram dengan latar belakangnya sebagai orang Bugis. Penasaran, dia dan Wimar Witoelar menyambut senang undangan seorang teman untuk bertemu Rahman.
"Kami lihat orang kurus tidur meringkuk. Ternyata dia Rahman Tolleng," kata Sarwono mengundang tawa hadirin.
Baca: Rachmat Witoelar: Rahman Tolleng Guru Semua Orang
Menurut Sarwono, Rahman termasuk salah satu orang yang menganjurkan para mahasiswa kala itu untuk masuk politik dan parlemen. Meski akhirnya Rahman disingkirkan dari partai beringin, Sarwono menyebut, "Rahman di Golkar sangat powerful sebetulnya."