TEMPO.CO, Bandung - Rentetan gempa mengguncang Kepulauan Mentawai pada Sabtu petang hingga malam, 2 Februari 2019. Hingga pukul 20.11 WIB, BMKG mencatat 44 kali gempa sejak pertama tercetus pada pukul 17.59 WIB dengan magnitude 6,0. Nihil tsunami, sebagian rumah warga dilaporkan rusak ringan.
Baca: Viral Kajian Potensi Gempa dan Tsunami Mentawai, Ini Kata BMKG
Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono mengatakan, kedalaman gempa tergolong dangkal yaitu kurang dari 20 kilometer. "Merupakan jenis gempa megathrust," ujarnya Sabtu malam, 2 Februari 2019.
Pusat gempa itu terletak di laut pada jarak 29 kilometer arah barat daya Kota Sikakap, Pagai Utara. Hingga pukul 20.11 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) sebanyak 44 kali. "Dengan kekuatan magnitudo terbesar M=5,9," katanya lewat keterangan tertulis.
Pada kurun waktu gempa awal hingga susulannya itu, tercatat ada lima aktivitas gempa yang guncangannya dirasakan oleh masyarakat. Kekuatan gempanya tercatat bermagnitudo 5,0 dan 5,3 dua kali, lalu 5,9 dan 6,1.
BMKG menginformasikan gempa tersebut dirasakan dalam skala intensitas gempa III-IV MMI di Padang, III-IV di Pariaman, II-III di Bukittinggi, II-III di Solok, II-III di Padang Panjang, dan I-II di Dharmasraya.
Berdasarkan analisis BMKG, lokasi pusat gempa yang aktif saat ini terletak di antara segmen megathrust Mentawai yang belum pecah dan yang sudah pecah pada 2007 dan 2010.
Baca: Ada Sungai Bawah Laut di Zona Megathrust Mentawai, Apa Dampaknya?
Sebelumnya pada zona itu pernah terjadi gempa kuat pada 13 September 2007 dengan kekuatan M=8,5 dan M=7,9. Selanjutnya pada 26 Oktober 2010 juga terjadi gempa dengan M=7,8.
Berdasarkan laporan warga, kata Daryono, beberapa rumah mengalami kerusakan ringan di Pulau Pagai Utara. Masyarakat diminta untuk tetap tenang dan tetap waspada. "Jika terjadi gempa kuat agar segera menjauh dari pantai," ujarnya.