TEMPO.CO, Yogyakarta -Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii mengatakan dunia akan gempar bila Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah mendapatkan penghargaan nobel perdamaian.
“Dunia akan gempar dalam arti positif bila itu terjadi,” kata Buya Syafii dalam seminar internasional bertema Islam Indonesia di Pentas Global: Inspirasi Damai Nusantara untuk Dunia, di Balai Senat UGM, Jumat, 25 Januari 2019. Dalam seminar ini, Penerima Nobel Perdamaian tahun 1996, Jose Ramos Horta berbicara tentang Islam Indonesia sebagai pembicara kunci.
Berita terkait: UGM Usulkan NU dan Muhammadiyah Jadi Kandidat Nobel Perdamaian
Topik mengenai NU dan Muhammadiyah diusulkan untuk menerima nobel perdamaian itu mencuat setelah Guru Besar Antropologi Universitas Boston Amerika Serikat Robert W. Hefner mengirimkan dokumen pengajuan penghargaan Nobel perdamaian untuk NU dan Muhammadiyah kepada panitia.
Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian Universitas Gadjah Mada (PSKP UGM) telah menyiapkan dokumen untuk mengusulkan NU dan Muhammadiyah sebagai kandidat penerima Nobel perdamaian itu. Pendaftaran kandidat penerima Nobel perdamaian ini akan ditutup pada 30 Januari 2019.
Buya Syafii berterima kasih kepada UGM yang sudah mengambil inisiatif mengajukan nominasi Nobel untuk duo organisasi Islam terbesar Indonesia tersebut. Buya mengatakan dengan segala kekurangannya Islam di Indonesia lebih baik ketimbang Islam di Arab Saudi dan Afrika Utara yang penuh konflik dan saling mengkafirkan. “Islam Indonesia akan jadi antitesis Islam di Timur Tengah,” kata Buya Syafii.
Rektor UGM, Panut Mulyono mendukung NU dan Muhammadiyah untuk diajukan sebagai kandidat penerima nobel perdamaian. UGM, kata dia secara resmi telah mengajukan usulan itu kepada panitia nobel perdamaian.
Dua organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia ini kata Panut punya kiprah penting menyebarkan pesan Islam yang damai, demokratis, dan berkeadaban. “NU dan Muhammadiyah mempromosikan corak Islam yang damai dan demokratis di kancah internasional,” kata Panut.
SHINTA MAHARANI (Yogyakarta)