TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimoeljono mengatakan pembangunan rumah tahan gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), masih kurang cepat. Kata dia, kurangnya sumber daya manusia masih jadi kendala.
Basuki mengatakan pembangunan rumah tahan gempa baru bisa dilakukan 100 unit rumah per hari. "Target kami 300 unit per hari," kata dia di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis, 24 Januari 2019. Meski begitu, pembangunannya sudah lebih baik dari sebelumnya yang hanya 30-36 unit per hari.
Baca juga: Rumah Tahan Gempa Rp 15 Juta Mulai Berdiri di Lombok Utara
Menurut Basuki, pemerintah akan menambah tenaga untuk mempercepat pembangunan. Salah satunya akan dipasok Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). "BNPB ingin menerjunkan 1.000-1.500 tentara ke lokasi untuk membantu tukang," katanya.
Pemerintah juga membuka opsi bagi masyarakat yang ingin menggunakan jasa kontraktor yang dikerjakan kelompok masyarakat. Namun teknis pembangunan tetap harus dikawal pemerintah. "Karena kalau kayu cuma ditempel dengan dua paku saja ya enggak kuat," ujarnya.
Pemerintah membantu rekonstruksi rumah rusak akibat gempa di NTB dengan menawarkan enam pilihan rumah. Keenam jenis itu adalah rumah instan sehat (RISHA), rumah konvensional, rumah kayu, rumah dari baja ringan, rumah dari beton Indonesia, dan rumah baja.
Permintaan RISHA dari warga NTB mencapai 4.203 unit. Hingga 10 Desember 2018, terdapat 1.363 rumah yang dibangun kelompok masyarakat dan individual. Sementara itu ada 236 rumah instan kayu, 517 rumah instan konvensional, dan 8 rumah cetak Indonesia yang sudah dibangun.
Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya meminta pembangunan rumah tahan gempa di NTB dipercepat. Ia ingin masyarakat korban bencana dapat segera menempati rumah mereka. Dia meminta pendamping pembangunan diperbanyak dan menambah pabrik produsen perlengkapan pembangunan rumah.
VINDRY FLORENTIN