TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri Lokataru Fondation, Haris Azhar, menilai masing-masing pasangan calon presiden akan berbicara tentang Hak Asasi Manusia (HAM) secara normatif dalam debat capres 2019 yang akan berlangsung malam nanti. "Alias datar dan tidak membumi menjawab masalah yang dialami masyarakat," katanya dalam keterangan tertulis, Kamis, 17 Januari 2019.
Baca: Ditanya Soal Persiapan Debat Capres, Ini Jawaban Jokowi
Haris memprediksi ada empat skenario kemungkinan yang berpotensi terjadi dalam debat nanti. Pertama, kata dia, skenario malu-malu kucing.
Ia menuturkan masing-masing pihak akan malu membuat contoh-contoh kasus yang bekaitan dengan lawannya. "Karena khawatir akan diserang balik dengan catatan pelanggaran HAM yang dilakukannya," ucapnya.
Skenario kedua adalah 'Ping Pong Attack'. Skenario ini bisa terjadi jika salah satu pihak mulai ‘nakal’ membuka kasus lawannya. Haris mencontohkan pasangan nomor urut 01, Joko Widodo atau Jokowi-MA'ruf Amin akan menyerang lawannya, pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, dengan kasus penghilangan orang secara paksa.
"Sementara dari 02 ke 01 adalah kasus Novel Basewedan. Plus, akan mempertanyakan kenapa 01 selama berkuasa, tidak selesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM berat," ujarnya.
Baca: Ini 6 Segmen Debat Capres Jokowi Vs Prabowo Malam Nanti
Haris menuturkan skenario ketiga adalah meyakinkan namun salah konsep. Menurut dia, skenario ini yang paling mungkin terjadi akibat keterbatasan waktu.
Para kandidat, kata dia, akan lantang menggambarkan konsep HAM menurut versi yang membuat nyaman atau tema hak tertentu sesuai gaya masing-masing paslon.
"Namun masing-masing berpotensi salah konsep soal HAM yang cenderung menempatkan HAM bertentangan dengan nasionalisme, agama, dan tidak boleh bertentangan dengan agenda pemerintahnya jika berkuasa," kata dia.
"Pada bagian ini akan berpotensi muncul banyak slogan dan intonasi yang tinggi," kata Haris.
Baca: Lokasi Nobar Debat Capres Kubu Prabowo - Sandiaga di Jakarta
Adapun skenario keempat adalah 'kejutan muncrat'. Haris menilai masing-masing pihak akan melemparkan janji, rencana atau ide yang sifatnya solusif atas kasus atau isu pelanggaran HAM. "Apa tujuannya? Kami tidak tahu. Akan tetapi setidaknya hal itu bisa dilihat sebagai 'surprise.. surprise'," tuturnya.