TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan DNA orang Indonesia adalah harmoni, maka tidak seharusnya mudah dipecah belah karena kabar palsu atau hoaks.
Baca juga: Wiranto Sebut Kabar Hoax Termasuk Bentuk Teror
"DNA orang Indonesia itu harmoni," kata Mu'ti dalam Dialog Kebangsaan Lintas Iman bertema "Tantangan Agama dan Kebangsaan di Era Post Truth" di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Kamis.
Menurut dia, sejak zaman dulu orang Indonesia telah dapat mempraktikkan perdamaian. Bangsa Indonesia, kata dia, sejak lahir sudah rukun. Jika terjadi perbedaan tajam biasanya ada kompromi.
Salah satu cara kompromi, kata dia, seperti adanya proses sinkretisme atau penggabungan dari berbagai nilai, termasuk kearifan budaya.
"Kalau pakai pendekatan sosiologi gejala munculnya sinkretisme dalam beragama itu muncul untuk menghindari tensi," kata dia.
Baca juga: Modus-modus Tersangka Hoax 7 Kontainer Surat Suara agar Viral
Atas tekanan perbedaan yang tajam, kata dia, muncul sinkretisme untuk mencari harmoni antara nilai yang ada di tengah masyarakat dengan hal yang baru dari unsur lain.
"Maka membangun dan merawat ke-Indonesiaan itu salah satunya kita kembali pada kekayaan kultural yang kita miliki," katanya.
Di era keterbukaan informasi seperti saat ini, Mu'ti mengatakan terdapat celah tersebarnya hoaks.
Atas hal itu, DNA harmoni orang Indonesia mengalami tantangan. Harmoni yang diterpa kabar hoaks jika tidak diimbangi dengan budaya keilmuan dan kesadaran sosial yang baik maka bisa terpecah.
"Pada konteks ini supaya teknologi itu sesuai dengan budaya masyarakat, tingkat ilmu kita tingkatkan dan tingkat kesadaran sosialnya kita tingkatkan," kata dia.