-Sandiaga Uno
Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno mengecam dugaan teror yang terjadi di rumah dua pimpinan KPK. Sandi mengaku prihatin dengan kejadian yang ia sebut sebagai upaya untuk menakuti publik dalam konteks pemberantasan korupsi. "Ini jelas upaya untuk mengirimkan pesan bahwa kita ingin ditakut-takuti dalam penegakan korupsi," kata Sandiaga, Rabu, 9 Januari 2019.
-Wadah Pegawai KPK
Wadah Pegawai KPK menduga teror bom di rumah dua pimpinan mempunyai korelasi dengan kasus teror ke pejabat KPK lainnya. Yudi menarik hipotesis itu berdasarkan kemiripan antara satu kasus dengan kasus lainnya. Dia mengatakan kemiripan itu ada pada jumlah pelaku.
Baca: Wadah Pegawai Sebut Teror Pimpinan KPK adalah Ancaman Kesembilan
Teror di rumah Agus dan Laode dilakukan dua orang. Hal yang sama terjadi saat penyerangan terhadap penyidik senior Novel Baswedan pada 2017 dan teror ke rumah penyidik Afief Yulian Miftach pada pertengahan 2015.
Selain itu, Yudi mengatakan kemiripan di tiga kasus itu juga dapat dilihat dari modus teror, yakni menggunakan bom dan air keras.
-Amnesty International
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia menganggap ada keberulangan teror terhadap KPK. Dia menduga ini terjadi akibat ketiadaan hukuman atau impunitas terhadap pelaku penyerangan pekerja HAM di sektor antikorupsi, salah satunya terhadap Novel Baswedan.
Baca: Transparency International Kutuk Teror terhadap Pimpinan KPK
-PBNU
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mengutuk teror bom di rumah dua pimpinan KPK. PBNU yakin teror tersebut tidak akan membuat nyali KPK ciut.
Ketua PBNU bidang Hukum, HAM dan Perundang-Undangan Robikin Emhas mengatakan PBNU berharap aksi teror tersebut justru memicu KPK untuk meningkatkan pemberantasan korupsi. Dia meminta masyarakat tidak berspekulasi atau menyebarkan hoaks terkait teror tersebut. "Masyarakat bersama KPK," katanya. Dia berharap polisi dapat segera mengungkap kasus tersebut.