TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj menerima kunjungan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Yahya Al-Qahthani di Kantor PBNU, Jakarta, Kamis, 3 Januari 2019. Said menuturkan, Yahya datang untuk bersilaturahmi lantaran baru ditunjuk menggantikan Osamah Muhammad Al-Suaibi.
"Kunjungan yang mulia Duta Besar Arab Saudi di Indonesia yang baru, Yahya Al-Qahthani, untuk memperbarui dan mempertegas bahwa hubungan PBNU dan pemerintah serta masyarakat Arab Saudi sejak dulu sampai sekarang dan insya Allah seterusnya akan selalu baik," kata Said Aqil.
Said Aqil menuturkan, PBNU selama ini selalu berupaya menjaga persaudaraan dengan Arab Saudi. Salah satunya dengan menolak berpendapat mengenai masalah politik seperti kasus Jamal Kashoggi, jurnalis yang diduga dibunuh di Kedutaan Besar Arab Saudi di Turki.
Yahya juga menyatakan kedatangannya ke PBNU untuk memperkuat persaudaraan. Mengutip ayat Al Qur’an, dia menyatakan semua orang beriman itu bersaudara. “Pemerintah Saudi sangat mengharapkan hubungannya kuat,” katanya. Yahya datang bersama Atase Agama dan Kebudayaan Kedubes Arab Saudi untuk Indonesia Saad al-Namasi.
PBNU sebelumnya memprotes pernyataan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Osamah Muhammad Al-Suaibi. Melalui akun Twitternya, Osamah menyatakan aksi 212 yang berlangsung Ahad, 2 Desember 2018 terjadi lantaran dipicu pembakaran bendera Tauhid di Garut oleh organisasi yang sesat.
"Massa yang berjumlah lebih dari satu juta berkumpul demi menyatakan persatuan umat Islam merupakan reaksi keras terhadap dibakarnya bendera tauhid oleh seorang atau pihak organisasi sesat, menyimpang, kurang lebih sebulan yang lalu," begitu sepenggal isi cuitan Osamah yang diterjemahkan Said Aqil di hadapan wartawan.
Said mengaku NU merasa sangat terhina dengan pernyataan tersebut. Pertama, kata dia, pembakaran bendera di Garut bukanlah bendara Tauhid melainkan bendara HTI. Anggota GP Anshor, pelaku pembakaran, juga bukan dari organisasi sesat.
Said juga menekankan urusan bendera Tauhid sudah selesai. Para ulama, kepolisian, hingga TNI dipimpin Wakil Presiden Jusuf Kalla sepakat menyelesaikan kasus tersebut. Pelaku telah diproses hukum. GP Anshor juga memberi sanksi kepada pelaku dan telah meminta maaf. PBNU pun turut menyesalkan kejadian tersebut.
Selain itu, Said menegaskan bahwa reuni 212 merupakan ajang silaturahmi umat Islam. Osamah, kata dia, telah menyebarkan fitnah lantaran aksi itu pada kenyataannya terjadi bukan karena reaksi dari pembakaran bendera Tauhid.
Said menyebut Osamah telah mencampuri urusan politik Indonesia. Setelah semua upaya menyelesaikan masalah bendera, pernyataan Osamah dapat memancing situasi yang tidak tepat. "Ini memancing kembali reaksi publik yang selama ini sudah berdamai," ujarnya.
Atas pertanyaan itu, PBNU mendesak pemerintah Indonesia memulangkan Osamah. Menteri Luar Negeri sempat memanggil Duta Besar Arab Saudi itu. Namun dia sedang berada di luar negeri. Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal menyatakan tak tahu jika Osamah akhirnya diganti. "Kami tidak mengikuti perkembangannya," kata dia.