TEMPO.CO, Jakarta - Tsunami Selat Sunda membuat perayaan Tahun Baru 2019 di kawasan pesisir Banten berbeda dengan tahun baru sebelumnya.
Sejumlah pengungsi tsunami berusia remaja di Posko Penanggulangan Bencana Alam Kementerian Sosial Republik Indonesia, Kampung Palumpang, Desa Rancaterep, Kecamatan Labuan, Pandeglang, Banten merasakan perbedaan itu.
"Sedih mas kalau diceritain," kata Deri Permana, remaja berusia 16 tahun ditemui di pengungsian, Senin malam, 31 Desember 2018.
Baca: Apa Harapan Prajurit TNI untuk Tahun Baru 2019?
Deri mengenang pada perayaan tahun baru 2018, dia bersama teman-teman sebayanya merayakannya di kawasan Pantai Carita, Pandeglang, Banten. Mereka membakar ikan dan melihat kembang api sambil menanti pergantian tahun.
Baca Juga:
Namun, dia mengatakan untuk tahun ini tak bisa melakukan itu lagi. Sebab, dia masih takut melihat laut. "Mau tidur aja lah saya," kata Deri.
Baca: Gelombang 3 Meter, Turis di Pantai Selatan Yogya Diminta Waspada
Hal serupa dirasakan remaja umur 14 tahun, Saripah Hanum. Meski mengaku tidak doyan melihat kembang api saat perayaan tahun baru, dia mengatakan biasa melewatkan tahun baru dengan berkumpul bersama keluarga di rumah. Namun, kini dia harus melewati malam pergantian tahun baru di lapangan futsal yang disulap menjadi tempat pengungsian. "Berduka lah mas kalau sekarang," kata dia.
Salah seorang relawan Layanan Dukungan Psikososial Taruna Siaga Bencana, Twi Adi mengatakan memang tak ada perayaan khusus tahun baru di pengungsian ini. Meski begitu, relawan akan menyelenggarakan salat dan istigosah. Menjelang malam relawan juga akan menyediakan proyektor untuk nonton film bareng.