INFO NASIONAL - Dalam bisnis perbankan, penerapan Good Corporate Governance (GCG) menjadi penting karena bank berinteraksi dengan banyak pihak. Setidaknya ada empat pihak yang bersinggungan dengan bank, yakni manajemen dan karyawan bank, pemegang saham dan kreditur, pemerintah, dan masyarakat. Bank membutuhkan GCG untuk mengontrol kemungkinan terjadinya konflik kepentingan di antara para stakeholder dan melindungi kepentingan pemilik saham, namun tujuan utamanya adalah meningkatkan value perusahaan bagi pemegang saham.
Demikian diungkapkan Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko yang melaksanakan tugas Direktur Utama Bank bjb Agus Mulyana dalam acara Ngobrol @Tempo bertema “Pengaruh GCG dalam Investasi di Dunia Perbankan”, di Hotel Mercure Bandung City Centre, Kamis, 28 Desember 2018. Obrolan dipandu moderator Wahyu Dyatmika, yang juga Pemimpin Redaksi TEMPO.CO. Selain Agus Mulyana, hadir pula sebagai narasumber Sekretaris Daerah Jawa Barat Iwa Karniwa (menggantikan Gubernur Jabar Ridwan Kamil yang berhalangan datang), pengamat ekonomi Aviliani, serta anggota Badan Supervisi Bank Indonesia Muhammad Edhie Purnawan.
Baca Juga:
Setidaknya ada lima prinsip dalam GCG, yakni transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan fairness atau kewajaran dan kesetaraan. Dasar dari GCG sendiri adalah bagaimana membangun integritas. “Ada contoh kecil, bagaimana sebuah KCP kecil di Pangandaran bisa mendapatkan award dari KPK, padahal yang dia lakukan hanya melaporkan, dia mendapatkan uang tip dari nasabah sebesar Rp 50 ribu. Karena dia sudah terbangun integritasnya, sudah begitu paham bahwa proses bisnisnya dibalut dengan GCG, dia laporkan ke kantor pusat. Kami punya unit pengendalian gratifikasi, kami laporkan ke KPK, dan kami mendapat apresiasi dari lembaga tersebut sebagai penghargaan terhadap awareness GCG,” ungkap Agus.
“Saya memastikan bisnis (bank bjb) sudah sesuai dengan track-nya. On the track, dibalut dengan prinsip-prinsip GCG,” kata Agus yang juga menjabat sebagai Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko Bank bjb.
GCG merupakan salah satu faktor penilaian Tingkat Kesehatan Bank (TKB) oleh OJK, selain profil risiko, rentabilitas, dan permodalan. Bank bjb selama 3 (tiga) tahun berturut-turut mampu mempertahankan nilai GCG di rata-rata 2 (dua), atau baik.
Baca Juga:
Ketiadaan GCG, menurut ekonom Aviliani, dapat mengakibatkan penyimpangan-penyimpangan karena ada perbedaan kepentingan stakeholder, misalnya antara investor dan manajemen. “Biasanya, pemilik inginnya laba sebesar-besarnya. Kalau bisa deviden itu harus dibayar, kalau perlu investasi jangan banyak-banyak. Sedangkan manajemen, untuk mendapatkan nilai yang tinggi, ya harus investasi,” jelasnya.
Sekda Jabar Iwa Karniwa berharap perbankan segera menangkap sinyal dari pemerintah provinsi akan terjadinya investasi besar-besaran melalui sejumlah proyek yang akan dilakukan di Jabar. “Bank bjb diharapkan mengambil peluang ini. Sebentar lagi dari Boeing akan investasi USD 1 miliar dan beberapa angka lainnya yang masih dirahasiakan,” kata Iwa.
Anggota BSBI Muhammad Edhie Purnawan menyampaikan hal yang lebih makro. Menurutnya, perekonomian saat ini agak sulit melihat faktor-faktor eksternal yang sedang bergejolak (global shock). Namun, jika ditarik ke Jawa Barat, di mana gubernur dan pemimpin tertinggi BPD (Bank Pembangunan Daerah)-nya dijabat orang baru, Edhie yakin global shock itu tidak akan terlalu banyak berpengaruh, jika mampu menjaga stabilitas keuangan dan menguatkan hubungan antarlembaga.(*)