TEMPO.CO, Jakarta - Tim Advokasi penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, Alghifari Aqsa, menyebut kliennya tidak berafiliasi dengan satu kelompok politik tertentu. Sebab, dukungan terhadap penuntasan kasus penyerangan terhadap Novel mengalami penurunan karena publik menilai Novel Baswedan berada dalam satu kelompok politik tertentu.
Baca juga: KPK Tindak Lanjuti Rekomendasi Komnas HAM terkait Novel Baswedan
Padahal menurut Alghifari, Novel tidak terkait dengan satu kelompok politik tertentu. "Sebenarnya sudah banyak dukungan, tapi memang karena ada Pilkada DKI Jakarta dan jelang pemilu 2019, jadi ada friksi masyarakat dan mengidentikkan Novel dengan posisi politik tertentu," ujar Alghifari di Kantor Lokataru, Rawamangun, Jakarta Pusat pada Senin, 24 Desember 2018.
Alghifari menegaskan bahwa kasus ini melebihi kontestasi politik Pilpres 2019 yang diidentikkan dengan pasangan calon presiden nomor urut 01 dan dengan nomor urut 02. "Kami menegaskan bahwa kasus ini beyond Cebong dan Kampret, beyond Jokowi dan Prabowo," kata dia.
Lebih jauh, Alghifari mengaku tak percaya dengan janji Prabowo Subianto yang ingin menuntaskan kasus penyerangan terhadap Novel. Ia menilai janji Prabowo sama saja dengan janji Jokowi kala kampanye yang ingin menuntaskan kasus pembunuhan Munir.
Baca Juga:
Baca juga: Koalisi Desak Jokowi Bentuk Tim Pencari Fakta Novel Baswedan
"Meski Prabowo menjanjikan akan menuntaskan kasus ini terus terang tim advokasi Novel Baswedan tidak percaya sama sekali dengan janji itu. Ini juga sama dengan janji Jokowi yang bilang akan menuntaskan kasus Munir," ucap Alghifari.
Sudah lebih dari setahun kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan terjadi. Namun sampai saat ini pelakunya belum ditemukan. Novel diserang menggunakan air keras usai salat subuh di masjid dekat rumahnya pada April 2017. Akibat penyerangan itu, kedua mata Novel mengalami kerusakan. Mata kirinya hingga harus diimplan.