Jadi ada upaya selalu mencari-cari kesalahan. Suatu saat saya dibilang Islam garis keras, besoknya saya dibilang kurang Islam. Saya enggak bisa jadi imam salat katanya. Ya saya merasa tahu diri. Betul? Yang jadi imam ya harus orang yang lebih tinggi ilmunya. Betul? Saya tidak takut mengakui saya merasa tidak pantas saya menjadi imam salat. Lebih baik saya ikuti imam yang lebih tinggi ilmunya dari saya. Untuk apa saya bohong? Untuk apa saya pura-pura pada kalian?
Saya kalau enggak mengerti saya tanya, pak ustaz gimana ini? Beliau menjelaskan. Pak ustaz apakah Islam ini agama yang radikal? Oh tidak benar. Mereka ajarkan Islam kita Islam yang rahmatan lil alamin. Islam kita adalah Islam yang melindungi semua dalam alam semesta. Islam kita bukan Islam yang menebar kebencian. Islam kita ingin sejuk dan damai.
Buktinya waktu mereka Reuni 212, Ustaz Slamet Maarif di Jatim minta saya datang, saya tanya ustaz gimana aman enggak nanti? Insya Allah aman. Kemudian saya tanya bagaimana kalau Reuni 212 yang datang sedikit? Tidak, insya Allah 500 ribu, ternyata yang datang belasan juta orang. Dan marilah kita bertanya apakah ada kekacauan? Bahkan rumput aja enggak ada yang diinjak.
Bahkan Saudara Dahnil itu, yang berjonggot itu, coba berdiri. Pak Dahnil ini karena begitu gigih menjadi jubir kita sekarang sering dipanggil-panggil. Bahkan Pak Dahnil ini jadi tukang kebersihan, beliau ini yang bersihkan plastik-plastik, dia yang pimpin kebersihan. Sekian belas juta, aman damai, tertib, saudara-saudara.
Di Perancis sekarang, di Paris hanya 40 ribu orang. Kalian coba buka berita internasional. Lihat enggak apa yang terjadi di Paris? Lihat? Jawabannya lemes berarti kalian enggak lihat, enggak nonton. Tampang-tampang kalian nontonnya dangdut aja. Betul? Apalagi garda metal ini.
Kemarin saya di tengah kawan-kawan dari ojol, tahu-tahu ada dua penyanyi dangdut. Namanya Dua Serigala. Gawat. Serigala. Kemudian minta foto dengan saya. Jadi ada serigala sini (tunjuk ke kiri), serigala sini (tunjuk ke kanan). Saya tanya kamu gigit enggak? Dia bilang, enggak pak kami serigala jinak. Serigala jinak. Ada serigala yang jinak atau tidak? Di Indonesia ada. Ini ojol maunya Serigala.
Saudara-saudara sekalian, di Perancis 40 ribu orang sampai sekarang belum terkendali, kita belasan juta orang tertib. Saya ini bolak balik mau minta maaf dengan para ulama dan para kyai 212 dan GNPF, dengan guru saya Pak Amien Rais. Karena saya sering, kadang-kadang saya agak ragu dengan insting-insting mereka. Ternyata insting mereka itu yang tepat.
Saya mengatakan kepada temen2 dari GNPF, aduh nanti bagaimana? Reuni kok yang datang sedikit. Tenang, mereka katakan 'tidak Pak, minimal 500 ribu, bisa-bisa satu juta'. Ternyata yang datang 13 juta lebih. Yang aneh bin ajaib banyak sekali media-media kita yang tidak melihat 13 juta orang itu. Mata mereka mungkin ada di dengkul mereka itu loh. Eh ini kau dari mana ini (sembari menunjuk seseorang). Media dari mana? Ya terserahlah, lu mau liput silakan lu enggak liput silakan. Kalau 13 juta mereka enggak lihat mungkin mereka ingin melihat 30 juta mungkin. Bagaimana? Ya tergantung itu antum-antum yang ada di atas ini.
Saudara-saudara sekalian, angin dukungan ke kita tapi kita jangan euforia, kita jangan sombong, kita jangan angkuh, percaya Tuhan selalu membela pihak yang benar. Kita berada di jalan yang benar, kita ingin menyelamatkan masa depan bangsa kita. Kita memiliki pemahaman, kita memiliki tenaga-tenaga ahli, kita yakin kita akan perbaiki bangsa dan negara ini dan kita tegas mengatakan apabila kita menerima mandat dari rakyat kita akan bentuk pemerintahan yang terbaik yang kita bisa bentuk.
Kita akan memilih putra-putri terbaik dari mana pun asalnya. Asal mereka commit tidak akan melakukan korupsi, saudara-saudara sekalian. Korupsi adalah penyakit, yang harus kita basmi. Korupsi ini yang menghabiskan kekayaan kita, korupsi yang membuat rakyat kita selalu menerima gaji dan upah yang kecil bahkan tidak ada pembangunan yang dirasakan di Indonesia. Pembangunan di Indonesia ialah pembangunan di Indonesia bukan pembangunan untuk rakyat Indonesia.
Saya kira demikian sambutan saya, (hadirin meneriakkan agar Prabowo terus berpidato)
Baca:Ketua Timses Prabowo Sebut Markas di Solo Merupakan Posko Taktis
Oke kalau begitu saya tawarkan begini, ini kasihan banyak tokoh-tokoh partai lain. Banyak ulama-ulama, ya jadi saya juga ada teman-teman saya dari luar negeri hadir di sini. Saya tidak undang, mereka minta datang dari beberapa negara. Bagaimana kalau kita jeda sebentar, para tokoh ulama bukan kita usir Pak Amien, ya ini udah mau waktu sembahyang. Udah lewat ya? Aku enggak ditegur soalnya. Jadi kita jeda, kita persilakan tamu-tamu keluar nanti kalo kalian belum puas saya akan melayani kalian. Karena masih banyak cerita yang saya ingin cerita kepada kalian.
Simak berita seputar Prabowo dan Pilpres 2019 di Tempo.co