TEMPO.CO, Jakarta - Calon Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengakui elektabilitas dia dan Joko Widodo atau Jokowi sempat turun. Penurunan tingkat keterpilihan ini, kata dia, terasa saat rupiah melemah terhadap dolar.
Baca: Survei Internal: Ma'ruf Amin Belum Kerek Elektabilitas Jokowi
"Memang ada penurunan sedikit ketika rupiah melemah. Tapi, saat itu, pasangan nomor dua juga turun. Karena, mereka itu suka menginjak dahan dan patah karena kecerobohan sendiri. Jadi sama-sama turun," kata Ma'ruf Amin saat wawancara eksklusif Tempo di kediamannya, Jumat dua pekan lalu.
Perumpamaan menginjak dahan dan patah karena kecerobohan sendiri yang dimaksud Ma'ruf adalah pernyataan-pernyataan blunder yang dilontarkan kubu Prabowo selama masa kampanye. Misalnya, soal tampang Boyolali, setop impor, dan pernyataan lainnya.
Ma'ruf Amin mengatakan namun Jokowi berhasil menaikkan elektabilitas seiring menguatnya rupiah. Sementara itu, ia menuturkan Prabowo - Sandiaga masih tertinggal.
Ia mencontohkan, di beberapa daerah di mana Jokowi kalah pada Pemilihan Presiden atau Pilpres 2014 terjad perubahan yang signifikan. "Di Jawa Barat, nomor satu sudah unggul," kata Ma'ruf Amin.
Di lain pihak, Badan Pemenangan Nasional Prabowo - Sandiaga mengklaim elektabilitasnya hampir menyamai lawannya. "Saat ini jarak (elektabilitas) capres Prabowo - Sandiaga hanya terpaut 6 persen lebih kecil. Saya berharap pergantian tahun nanti sudah bisa menyamakan," kata Djoko Santoso selaku Ketua Badan Pemenangan Nasional Capres Prabowo Subianto - Sandiaga Uno di Semarang, Selasa, 4 Desember 2018.
Simak: JK Sebut Ada 3 Daerah Suara Jokowi - Ma'ruf kalah dari Prabowo
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat ini optimistis elektabilitas pasangan nomor urut 02 ini bisa mengimbangi elektabilitas Jokowi - Ma'ruf Amin jika melihat dari luas wilayah Indonesia. Di beberapa wilayah, seperti Provinsi Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara, menurut Djoko, elektabilitas Prabowo - Sandi diprediksi bisa mengungguli Jokowi - Ma'ruf Amin.