TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 36 dari 113 warga binaan atau napi yang lari dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Lambaro, Banda Aceh, telah ditangkap oleh Kepolisian Daerah Aceh.
"Sisanya 77 orang masih dalam pengejaran oleh tim gabungan Kepolisian Daerah dan Polresta Aceh," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo melalui pesan singkat, Sabtu, 1 Desember 2018.
Baca: Polisi Tangkap 26 dari 113 Napi yang Kabur dari Lapas Banda Aceh
Dedi mengatakan polisi sudah menerbitkan Daftar Pencarian Orang (DPO) terhadap puluhan napi yang belum kembali tersebut. "Tapi kami mengimbau melalui keluarga agar para warga binaan kenyerahkan diri atau diserahkan oleh pihak keluarga," ujarnya.
Sebanyak 113 napi di Lapas Banda Aceh kabur pada Kamis malam, 29 November 2018. Kaburnya para napi itu bermula ketika mereka hendak melaksanakan salat maghrib pada sekitar pukul 18.30 WIB. Tiba-tiba, sekumpulan warga binaan yang berada di bagian kanan lapas itu mendobrak pagar jaring besi.
Karena mendengar suara ribut, seorang petugas lapas bernama Munawar mengecek dan melihat petugas lain diserang oleh ratusan warga binaan tetsebut. "Melihat rekannya diserang, penjaga lain bernama Darmawan bersama 7 orang CPNS Kementerian Hukum dan HAM yang sedang berada di lokasi berusaha menghentikan tindakan para warga binaan itu," kata Dedi menjelaskan kronologi.
Baca: Kata Dirjen Pemasyarakatan Soal Alasan 113 Tahanan Kabur di Aceh
Namun, kata Dedi, tidak seimbangnya jumlah warga binaan dan petugas mengakibatkan warga binaan berhasil menjebol dinding pengamanan dan melarikan diri melalui persawahan yang ada di belakang lapas. Akibat peristiwa ini, seorang petugas bernama Budiawan Akbar menjadi korban akibat dianiaya oleh para napi.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Sri Puguh Budi Utami menduga penyebab para napi kabur itu karena tak senang dengan penerapan aturan di Lapas II A Banda Aceh. Menurut dia, memang ada pengetatan aturan pada setiap lapas dan rutan di seluruh Indonesia. Namun untuk memastikan penyebabnya, Sri mengatakan lembaganya tengah membentuk tim khusus untuk menyelidiki hal tersebut.