TEMPO.CO, Jakarta - Dua calon Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah yakni Muhammad Sukron dan Sunanto mendeklarasikan diri berkoalisi dalam pemilihan yang akan berlangsung besok di Muktamar Pemuda Muhammadiyah, Yogyakarta.
Baca juga: Enam Kandidat Bersaing Jadi Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah ...
Sukron dan Sunanto sebelumnya sama-sama menjadi kandidat ketua umum Pemuda Muhammadiyah untuk periode 2018-2022. Sukron bersedia mendelegasikan basis suara pemilihnya untuk diarahkan pada Sunanto yang disepakati akan tampil sebagai calon ketua umum.
Sunanto mengungkap alasannya berkoalisi dengan Sukron karena mereka sadar jika bertarung sendiri akan kalah.
"Koalisi ini hal biasa saja dalam kompetisi, kami tahu kekuatan kami, jadi kalau tidak bersatu akan mudah dikalahkan," ujar Sunanto.
Sunanto enggan berkomentar siapa kans yang dianggapnya terkuat dalam perebutan kursi ketum ini. Menurutnya semua calon sama kuat, termasuk Fanani.
Sebelumnya ada 6 calon ketua umum Pemuda Muhammadiyah. Mereka adalah:
1. Ahmad Fanani, wiraswasta
2. Ahmad Labib, terafiliasi pada partai politik
3. Andi Fajar Asti
4. Faisal, akademisi
5. Muhammad Sukron, terafiliasi pada partai politik
6. Sunanto, aktivis sosial
Sebelum Sunanto dan Sukron berkoalisi, tiga calon lainnya juga sudah menyatakan berkoalisi yaitu Ahmad Labib, Andi Fajar Asti dan Faisal. Mereka menamakan dirinya sebagai Koalisi Ta'awun.
Sehingga tersisa satu orang yang tak menyatakan berkoalisi yaitu Ahmad Fanani. Dari isu yang beredar, Fanani sering disebut-sebut sebagai orang yang didukung dan disiapkan Ketua Umum PP Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak untuk melanjutkan kepemimpinan. Meski Fanani sendiri membantah.
Sunanto optimistis jika koalisinya dengan Sukron bisa meraup kurang lebih 75 persen suara muktamirin yang memiliki hak pilih.
"Insya Allah, dengan bergabungnya adinda Sukron, kami bisa mendapat 800 dari 1.200 suara dalam pemilihan ketum ini," ujar Sunanto.
Baca juga: Muktamar Pemuda Muhammadiyah, JK Sentil ...
Potensi suara yang didulang itu, ujar Sunanto, berasal dari 25 Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) di Indonesia. Seperti di Jawa Timur, Jawa Barat, Banten. Jambi, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Maluku, Sulawesi Barat, Maluki Utara, Papua, NTT, dan lainnya.
Sunanto menuturkan pendekatan ke pengurus wilayah dan daerah tidak dilakukan hanya saat muktamar. Tapi sudah lama dilakukan.
"Saya sudah menemui juga para PDPM (Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah - tingkat kabupaten/kota), secara langsung," ujar Sunanto. Bahkan Sunanto bercerita seluruh PDPM yang mendukungnya sudah mendeklarasikan gerakan tangan dengam huruf 'C' sebagai simbol dari kata 'Cak Nanto' panggilan Sunanto.
Sedangkan Sukron mengatakan niatnya berkoalisi dengan Sunanto karena salah satunya sudah saling mengenal lama dan sama sama berangkat dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
"Saya banyak menemukan kesamaan visi dengan Cak Nanto, menurut kami beliau tepat untuk memimpin Pemuda Muhammadiyah ke depan menjadi organisasi kritis tapi tetap netral dan tidak berpihak pada salah satu kekuatan politik," ujarnya.