TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden Prabowo Subianto mengenang masa mudanya ketika menjadi prajurit Tentara Nasional Indonesia alias TNI di daerah atau wilayah-wilayah tapal batas. Prabowo bercerita, saat itu, mereka dianjurkan untuk lebih dulu sowan ke rumah-rumah kiai atau ulama sebelum bertugas.
Baca juga: Prabowo Kritik Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Jilid 16
"Kami diajarkan, kalau datang ke suatu daerah harus menghadap kiai-kiai, ulama-ulama, para habaib untuk minta nasihat," kata Prabowo saat mengunjungi acara Maulid Nabi Muhammad SAW di Situbondo, Jawa Timur, semalam, dalam rilis yang dikirim tim medianya pada Ahad, 24 November 2018.
Ajaran yang tertanam semasa TNI itu membuat Prabowo terbiasa untuk melakukan hal yang sama ketika turun ke daerah. Termasuk ketika ia menjadi calon presiden. Prabowo mengatakan, dalam agenda kampanye, acap terselip jadwal untuk menyambangi pondok pesantren maupun berziarah.
Namun, ia mengklaim, kunjungannya ke pondok pesantren itu bukan dalam rangka menghimpun dukungan. Prabowo menegaskan, upayanya menyambangi pesantren adalah untuk mengamalkan nasihat sejak ia menjadi prajurit TNI.
Sebelum menjadi TNI, Prabowo mengenang, ia tak rajin bersembahyang. Bahkan, sering membolos salat lima waktu. Perilakunya ini membuatnya was-was ketika diterjunkan ke medan perang.
Baca juga: Fachrul Razi: Prabowo Hidup Mewah Sejak di TNI, Kami Tak Iri
"Dosa saya banyak. Maka saat jadi TNI cari kiai ah, minta didoakan, minta diberi amalan-amalan," ujarnya sambil berseloroh. Prabowo mengaku, sebelum perang, ia kerap minta dimandikan oleh kiai. Sebab, ia mengaku telah siap mati kala itu.