TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 200 anak korban korban gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi di Kota Palu, Sulawesi Tengah, mengikuti kegiatan trauma healing. Kegiatan yang digelar di posko penampungan di Masjid Agung, Palu, pada 21-22 November 2018, meliputi pemberian games dan story telling.
Baca: Pasca-Bencana, KPU Palu Tunda Penyempurnaan DPT Pemilu
"Anak-anak butuh yang seperti ini, karena secara psikis, mereka terganggu. Dengan kegiatan ini, mereka bisa jadi lebih fun dan orang tua juga bisa lebih care," kata Ellen Deisye, guru Taman Kanak-kanak Joy Full Kids, instruktur trauma healing itu, Kamis, 22 November 2018.
Gempa bumi berkekuatan 7,4 skala Richter yang mengguncang Kota Palu, Donggala, dan Sigi, pada 28 September 2018, dua ribuan orang meninggal, ribuan orang mengalami luka-luka serta ribuan rumah dan bangunan rusak.
Selain memberikan trauma healing, PT Nojorono Tobacco Intenational juga menggelar pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis untuk penyakit umum dan gigi di posko itu. Dokter Ryzqa mengatakan ada sekitar 25 pasien yang ditanganinya. Mayoritas, kata dia, anak-anak yang menderita penyakit diare dan gatal-gatal.
"Kalau yang dewasa ada yang masih merasa sakit karena benturan, ada juga yang hipertensi," kata Ryzqa.
Baca: Cerita Pengungsi Palu Soal Posko Balikpapan Bak Hotel Bintang 5
Direktur PT Nojorono, John Kusuma, mengatakan kegiatan sosial ini dilakukan karena lebih dari 100 orang karyawan dan mitra perusahaan PT Nojorono yang berada di Palu turut menjadi korban. "Sekaligus melihat karyawan dan mitra di sini, membantu sebisanya," kata Jhon di Palu, Kamis, 22 November 2018.
Jhon mengatakan, sebelumnya perusahaannya juga memberikan sumbangan bantuan berupa sembako kepada korban. Sumbangan ini diberikan sejak hari kelima pasca-bencana.
Simak: Semangat Anak Korban Gempa Palu Belajar di Tenda Darurat